Pendanaan dari modal ventura ke startup Asia Tenggara turun 36,4% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 3,72 miliar atau sekitar Rp 58 triliun. Ini merupakan yang terendah sejak tujuh kuartal terakhir atau akhir 2020.
“Penggalangan dana (ke startup) periode Juli – September turun ke level terendah di tengah lingkungan ekonomi makro yang memburuk,” demikian dikutip dari laporan DealStreetAsia Data Vantage, Rabu (26/10).
Jika ditinjau secara kuartalan (qtq), nilai pendanaan dari modal ventura ke startup Asia Tenggara menurun 22%. Namun secara volume atau jumlah transaksi naik 11% menjadi 227.
Itu artinya, investasi yang masuk bernilai lebih kecil dibandingkan kuartal II. “Nilai rata-rata pendanaan seri B dan C menurun karena ketatnya pendanaan ke startup,” demikian dikutip.
Besaran pendanaan seri B dan C bervariasi. Namun biasanya pendanaan seri B kisaran US$ 7 juta – US$ 10 juta dengan valuasi startup rerata US$ 30 juta – US$ 60 juta, berdasarkan data Startup.com.
Sedangkan pendanaan seri C biasanya US$ 26 juta. Dengan valuasi startup rerata US$ 100 juta – US$ 120 juta.
Investasi paling besar selama kuartal III diberikan oleh Alibaba kepada Lazada. Selain itu, pendanaan kepada startup pesan-antar makanan asal Thailand LINE MAN US$ 265 juta.
Jika dihitung sejak awal tahun atau selama sembilan bulan, nilai pendanaan dari modal ventura ke startup Asia Tenggara turun 16,4% yoy menjadi US$ 12,68 miliar atau sekitar Rp 197,4 triliun.
Namun jumlah kesepakatan atau volume investasi naik 19,6% yoy menjadi 837.
“Kami memperkirakan perlambatan pendanaan dari modal ventura ke startup (secara nilai) terjadi hingga akhr tahun,” ujar salah seorang manajer investasi.
Investor dari kalangan modal ventura melakukan kalibrasi ulang dan semakin berhati-hati dalam memberikan investasi kepada perusahaan rintisan.
“Pendanaan seri A dan tahap awal (seed) juga bisa di bawah tekanan, karena investor berhati-hati dan memilih pemenang dalam portofolio mereka (yang sudah pernah disuntik modal) ketimbang berinvestasi di startup baru,” demikian dikutip.
DealStreetAsia memprediksi, startup mengandalkan investasi dari bank dan penyedia utang swasta untuk mengantisipasi penurunan pendanaan dari modal ventura.
Perusahaan rintisan yang menandatangani pembiayaan utang mencapai 15 dengan nilai total US$ 819 juta atau sekitar Rp 12,7 triliun. Ini termasuk Traveloka yang mendapatkan pembiayaan US$ 300 juta dari Blackrock dan investor lain.
Selain itu, Atome US$ 100 juta dan Joan besutan Deutsche Bank US$ 60 juta dari Be Group.
Secara keseluruhan, startup yang pernah meraih pendanaan dari modal ventura melakukan 42 kesepakatan untuk mendapatkan utang selama kuartal III. Total nilainya US$ 1,54 miliar atau Rp 23,9 triliun.
“Jumlah pembiayaan utang kepada startup Asia Tenggara melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu (22),” demikian dikutip.
Namun nilai utang yang diambil oleh startup regional melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 2,48 miliar.