Benarkah Investor Hanya Suntik Startup RI ‘Murah’ Tahun Ini?

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
Penulis: Lenny Septiani
31/10/2022, 18.14 WIB

Investor dari kalangan modal ventura di Asia Tenggara disebut-sebut hanya membiayai startup yang pernah mereka suntik (portfolio) atau yang valuasinya turun alias lebih murah dibanding sebelumnya.

Hal itu tertuang dalam laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk ‘e-Conomy Southeast Asia 2022’ yang dirilis akhir pekan lalu (27/10). Mereka mencatat, modal ventura di Asia Tenggara memiliki modal tersedia atau dry powder US$ 15 miliar atau sekitar Rp 233,5 triliun.

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan, investor memang selektif dalam memberikan pendanaan. Hal ini karena ada ancaman resesi ekonomi.

Namun, menurutnya investor tidak hanya akan berinvestasi ke startup yang valuasinya turun. “Sepertinya tidak ya,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Senin (31/10).

Sedangkan Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menjelaskan, secara umum dalam kondisi pasar memang terkoreksi. Para investor pun mencari aman dengan pola mengambil peluang.

Maka, “portofolio yang mature, dalam kondisi masih bertumbuh, sadar bahwa pasar terkoreksi dan kebutuhan cash menjadi prioritas,” kata Edward kepada Katadata.co.id, Senin (31/10).

Opportunity kebutuhan cash ini diambil oleh sebagian investor untuk mencari peluang atau kesempatan,” tambah dia.

Sebelumnya, Google, Temasek, dan Bain menyampaikan modal ventura kemungkinan hanya berinvestasi di startup portofolio atau yang sudah didanai ketimbang menjelajahi perusahaan rintisan baru. “Yang belum terbukti (kinerjanya),” demikian dikutip dari laporan bertajuk e-Conomy SEA 2022, Kamis (27/10).

Hal itu karena modal tersedia atau dry powder investor model ventura US$ 15 miliar tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu US$ 16 miliar.

Meski begitu, mereka menilai bahwa investasi ke startup Asia Tenggara tetap diminati. Kalaupun berinvestasi, investor dari kalangan modal ventura mencari perusahaan rintisan yang valuasinya turun.

“Tujuannya, mencari Return on Investment atau ROI yang lebih tinggi,” demikian dikutip. ROI adalah persentase profit yang bisa didapat dari total jumlah aset investasi. 

Mereka juga mencari negara yang pasarnya tengah berkembang atau sektor startup yang sedang ‘naik daun’.

Google, Temasek, dan Bain memperkirakan, Singapura tetap memimpin pendanaan dari modal ventura ke startup. Namun, “Indonesia, Vietnam, dan Filipina jelas menjadi ‘titik panas’ investasi di tahun-tahun mendatang,” demikian dikutip.

Reporter: Lenny Septiani