Siapkan Rp 233,5 T, Investor Asia Tenggara Bidik Startup Valuasi Turun

Desy Setyowati
27 Oktober 2022, 15:29
startup, pendanaan, investor
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/AWW.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Investor dari kalangan modal ventura di Asia Tenggara memiliki modal tersedia atau dry powder US$ 15 miliar atau sekitar Rp 233,5 triliun. Namun mereka disebut-sebut memilih untuk mendanai startup yang pernah mereka suntik atau yang valuasinya turun.

“Modal ventura kemungkinan hanya berinvestasi di startup portofolio atau yang sudah didanai ketimbang menjelajahi perusahaan rintisan yang belum terbukti (kinerjanya),” demikian dikutip dari laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022, Kamis (27/10).

Modal tersedia atau dry powder investor model ventura US$ 15 miliar tahun ini menurun dibandingkan tahun lalu US$ 16 miliar.

Meski begitu, mereka menilai bahwa investasi ke startup Asia Tenggara tetap diminati. Kalaupun berinvestasi, investor dari kalangan modal ventura mencari perusahaan rintisan yang valuasinya turun.

“Tujuannya, mencari Return on Investment atau ROI yang lebih tinggi,” demikian dikutip. ROI adalah persentase profit yang bisa didapat dari total jumlah aset investasi. 

Mereka juga mencari negara yang pasarnya tengah berkembang atau sektor startup yang sedang ‘naik daun’.

Google, Temasek, dan Bain memperkirakan, Singapura tetap memimpin pendanaan dari modal ventura ke startup. Namun, “Indonesia, Vietnam, dan Filipina jelas menjadi ‘titik panas’ investasi di tahun-tahun mendatang,” demikian dikutip.

Startup Singapura Memimpin di Asia Tenggara

Pendanaan ke startup Asia Tenggara mencapai US$ 13,2 miliar atau sekitar Rp 205,5 triliun selama semester I. Sebanyak 57% di antaranya diraih oleh perusahaan rintisan di Singapura. Sedangkan Indonesia hanya 25%.

Itu artinya, pendanaan dari modal ventura yang mengalir ke Singapura US$ 7,52 miliar atau sekitar Rp 117,1 triliun. Sedangkan Indonesia hanya US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 51,4 triliun.

Startup Singapura dan Indonesia memimpin pendanaan selama semester I,” demikian dikutip dari laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy Southeast Asia 2022.

Secara keseluruhan, nilai pendanaan dari modal ventura ke startup Asia Tenggara selama semester I 2022 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 11,5 miliar. Dari sisi jumlah kesepakatan juga naik tipis dari 1.216 menjadi 1.233.

Singapura Masih Memimpin di Kuartal III

Google, Temasek, dan Bain belum memerinci data investasi dari modal ventura kepada startup Asia Tenggara pada kuartal III. Namun DealStreetAsia melaporkan, pendanaan dari modal ventura ke startup regional pada kuartal III turun 36,4% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 3,72 miliar atau sekitar Rp 58 triliun.

Itu merupakan yang terendah sejak tujuh kuartal terakhir atau akhir 2020.

“Penggalangan dana (ke startup) periode Juli – September turun ke level terendah di tengah lingkungan ekonomi makro yang memburuk,” demikian dikutip dari laporan DealStreetAsia Data Vantage, Rabu (26/10).

Jika ditinjau secara kuartalan (qtq), nilai pendanaan dari modal ventura ke startup Asia Tenggara menurun 22%. Namun secara volume atau jumlah transaksi naik 11% menjadi 227.

Itu artinya, investasi yang masuk bernilai lebih kecil dibandingkan kuartal II.

Namun jumlah kesepakatan atau volume investasi naik 19,6% yoy menjadi 837.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...