Startup Ula yang mendapat suntikan dari Jeff Bezos melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 134 karyawan atau sekitar 23 % perusahaan. Karyawan yang terdampak berasal dari semua departemen.
Perusahaan mengatakan menyesal dan menyatakan bahwa keputusan ini bukan cerminan dari kinerja karyawannya.
“Kami bertukar pikiran, memimpikan, dan membangun perusahaan ini bersama selama beberapa tahun terakhir. Dalam banyak kasus, kami menjadi teman, yang membuat keputusan ini semakin sulit untuk diambil,” menurut manajemen Ula dalam laman resminya, Rabu (30/11).
Ula menjelaskan alasannya mengambil tindakan PHK ini karena perusahaan menghadapi berbagai tantangan termasuk turbulensi pasar, volatilitas harga komoditas, kekurangan pasokan, perubahan peraturan, dan kenaikan harga minyak mentah.
Untuk mengatasi tantangan ini, “kami melakukan apa yang kami bisa untuk mengurangi biaya dan menjadi lebih efisien,” ujar startup Ula dalam keterangan resminya. caranya seperti membuat perubahan pada supply chain, proses efektivitas penjualan, kebijakan perjalanan, dan teknologi server.
“Kami perlu beradaptasi dengan realitas baru dan lebih fokus pada profitabilitas daripada sebelumnya. Keputusan yang sangat sulit hari ini berasal dari kebutuhan itu,” kata manajemen Ula
Beberapa dukungan Ula kepada karyawan yang terdampak PHK, yakni:
- Pesangon yang adil di luar persyaratan hukum di negara masing-masing
- Memastikan dukungan karir, termasuk membantu dengan CV dan persiapan wawancara
- Memanfaatkan dukungan jaringan mitra Ula untuk kesempatan kerja
- Menawarkan dukungan imigrasi untuk pemegang visa di semua wilayah geografis
- Ula bermitra dengan layanan berlisensi untuk memperluas dukungan kesehatan mental bagi karyawan yang terkena dampak
“Kami berutang kepada karyawan kami yang akan pergi. Untuk mengakui kontribusi mereka, (perusahaan) menyediakan diri untuk berbicara dengan mereka dan membantu mereka dengan cara apa pun yang kami bisa,” ujar manajemen startup tersebut.
Untuk karyawan yang bertahan, perusahaan meminta dukungan lebih dari sebelumnya.
Ula juga mengungkapkan rencana perusahaan kedepannya, yakni:
- Merampingkan portofolio bisnis dan basis pelanggan.
- Membangun kemampuan monetisasi baru dan bisnis baru dengan margin lebih tinggi.
- Menyederhanakan dan mengoptimalkan rantai pasokan perusahaan untuk beradaptasi dengan pelanggan berkualitas lebih tinggi. Khususnya pengecer Indonesia yang kurang terlayani.
- Mengingat bahwa bisnis tidak akan tumbuh secepat yang direncanakan semula, perusahaan akan menunda pembangunan. Dalam beberapa kasus, meningkatkan beberapa kemampuan teknologi yang direncanakan.
Untuk ke depannya, manajemen Ula menyatakan akan terus memberdayakan para peritel lokal. Hal itu dilakukan, mengingat mereka dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ritel Tanah Air.
Pada Oktober 2021, startup Ula mengumpulkan pendanaan seri B US$ 87 juta atau sekitar Rp 1,24 triliun. Investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital.
Investor lain yang berpartisipasi yakni Bezos Expeditions. Selain itu, ada beberapa penanam modal di Asia Tenggara yang berpartisipasi yakni investor Gojek, Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Investor terdahulu seperti Lightspeed India, Sequoia Capital India, Quona Capital, dan Alter Global juga turut serta.
Startup e-commerce yang membidik warung itu juga disuntik modal oleh SMDV dan Saison Capital. Selain itu, Ula menggaet Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Sjahrir sebagai penasihat perusahaan.
Ula menyasar pemilik warung tradisional, khususnya di kota tingkat (tier) dua hingga empat. Bukalapak juga membidik segmen ini lewat Mitra Bukalapak.
Co-Founder sekaligus Chief Commercial Officer Ula Derry Sakti menyampaikan, pemilik warung di wilayah tersebut menghadapi kendala akses terhadap sumber daya dan infrastruktur logistik.
“Kami berusaha memperkuat kehadiran, memperbanyak pilihan produk, serta meningkatkan kualitas layanan di daerah perdesaan dan yang memiliki akses terbatas, dengan tujuan membantu para pemilik warung mempercepat proses pemulihan usah akibat Covid-19,” ujarnya dalam siaran pers, akhir tahun lalu (4/10/2021).
Ia menyampaikan, pemilik warung bisa membeli barang untuk stok, memantau ketersediaan produk, atau bahkan memperbanyak opsi pembayaran. “Ini akan memberikan mereka waktu lebih banyak untuk berfokus kepada hal lain yang lebih penting,” kata Derry.