Investor Minati Startup Ramah Lingkungan Asalkan Berbasis AI, Kenapa?

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/foc.
Pekerja mengolah sampah organik di tempat pengolahan sampah di Desa, Gondangmanis, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (12/4/2023).
Penulis: Lenny Septiani
27/4/2023, 11.42 WIB

Startup ESG atau environmental, social, and governance alias ramah lingkungan menjadi tren sejak tahun lalu, baik secara global maupun di Indonesia. Namun investor lebih tertarik pada bidang ESG yang didukung AI.

Hal itu karena sektor ESG atau ramah lingkungan menghadapi tantangan seperti:

  1. Hanya merupakan strategi pemasaran dan komunikasi suatu perusahaan untuk memberikan citra yang ramah lingkungan alias greenwashing
  2. Hanya bagian dari strategi keuangan (investasi dan perusahaan)
  3. Menghadapi reaksi politik

Oleh karena itu, menurut Senior Analyst at CB Insights Chris Bendtsen startup sektor ESG atau ramah lingkungan yang diminati yakni yang menggunakan AI. “Gabungan ini akan menghasilkan peringkat dan analitik ESG yang lebih akurat,” katanya.

AI membantu startup sektor ESG atau ramah lingkungan menangani dua kelemahan utama yakni:

  1. Tidak konsisten (tidak terstandarisasi)
  2. Tidak lengkap (kurang lengkapnya data)

Mesin pembelajar atau machine learning dan pemrosesan bahasa alami alias Natural Language Processing (NLP) dinilai dapat meningkatkan volume, kecepatan, dan akurasi peringkat ESG, khususnya dalam hal pengumpulan data, serta analisis dan penilaian data.

Reporter: Lenny Septiani