Startup penyedia layanan tanda tangan digital PrivyID meresmikan kantor cabang di Sydney, Australia, Senin (3/7). Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan hadir dalam peresmian ini.
Turut hadir dalam peresmian tersebut Duta Besar Indonesia untuk Australia Siswo Pramono, Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne Kuncoro Giri Waseso, Konsul Jenderal Indonesia di Sydney Vedi Kurnia Buana, dan Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono.
“Melalui PrivyID, Indonesia tidak hanya dapat dikenal sebagai eksportir komoditas, tetapi juga sebagai pengekspor jasa berteknologi tinggi,” ujar Mendag Zulkifli Hasan dalam keterangan pers, Senin (4/7).
“Peresmian kantor pertama PrivyID di luar negeri pada hari ini merupakan kisah sukses ekspor jasa Indonesia ke Australia,” Zulkifli menambahkan.
Menurutnya, Sydney menjadi kota yang tepat bagi PrivyID untuk mendirikan cabang internasional pertama. “Ekonominya terbesar di Australia dan merupakan hub yang terintegrasi erat dengan ekonomi global,” ujarnya.
Zulkifli mengatakan, PrivyID bukan sekadar penyedia layanan tanda tangan digital, tapi juga simbol semangat kewirausahaan dan inovasi anak muda Indonesia. Jumlah pengguna PrivyID bahkan lebih besar dari seluruh penduduk Australia yang mencapai 26 juta.
Selain meresmikan kantor cabang, startup PrivyID menandatangani sejumlah nota kesepahaman alias Memorandum of Understanding (MoU) dengan:
- Sony Trading
- PT Rusky Aero
- Ozimex International
- Eastern Cross Trading
- PT Pulau Sambu
- Oishi International Trading
- Inastra
- Aexi
- Impor United
“Produk yang diekspor antara lain jasa kargo udara, produk buah kering, produk turunan kelapa, dan makanan ringan dalam kemasan,” demikian dikutip dari keterangan pers.
Akhir tahun lalu, Direktur Utama PrivyID Marshall Pribadi mengatakan bahwa ekspansi ke Australia didukung oleh IA-CEPA ECP Katalis.
IA-CEPA ECP Katalis adalah program pengembangan perdagangan dan investasi unik yang didukung pemerintah untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Australia.
Hubungan bilateral itu bernilai 40 juta dolar Australia selama 2021 – 2025.
Sebelumnya, PrivyID meraih pendanaan seri C US$ 48 juta atau sekitar Rp 744 miliar pada November 2022. Dana ini diperoleh dari anak usaha Telkom yakni MDI Ventures dan Telkomsel Mitra Inovasi atau TMI.
Investor lain yang berpartisipasi yakni dua investor asal Amerika Serikat (AS) yakni KKR dan GGV Capital. Singtel Innov8 asal Singapura juga menjadi salah satu investor baru.