Startup social commerce asal Bandung, Evermos berencana mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) pada 2026.
“Kami berencana untuk melakukan IPO dalam dua tahun ke depan,” kata salah satu pendiri Iqbal Muslimin di sela-sela konferensi Nikkei Future of Asia pada 24 Mei, dikutip dari Nikkei Asia, Selasa (4/6).
Perusahaan sedang mempertimbangkan beberapa bursa saham untuk rencana flotasi sahamnya, termasuk Bursa Efek Indonesia alias BEI dan Nasdaq, AS. “Amerika merupakan salah satu target kami,” katanya.
Muslimin menyebutkan, nilai margin kotor startup asal Bandung itu diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi sekitar US$ 800 juta tahun ini.
“Kami menargetkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA positif pada kuartal IV,” ujarnya mengacu pada pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Evermos telah mengumpulkan modal total US$ 78,25 juta, menurut DealStreetAsia. Investornya termasuk International Finance Corp. atau IFC, bagian dari Grup Bank Dunia, serta perusahaan modal ventura seperti Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Jungle Ventures.
Evermos menyediakan platform social commerce yang menghubungkan pemasok lokal dengan distributor kecil.
“Orang yang bisa bertransaksi online di Indonesia terbilang kecil. Sekitar 15% hingga 20% dari populasi,” kata Muslimin. “Sebanyak 80% belum dimanfaatkan di pasar.”
Sebagian besar dari 600 ribu distributor yang terdaftar di Evermos merupakan perempuan. Evermos menyebut distributor sebagai reseller atau pengecer. Mereka menggunakan media sosial seperti WhatsApp, Facebook, TikTok untuk memasarkan produk.
Berdasarkan data Statista, GMV atau nilai transaksi bruto social commerce di Indonesia diperkirakan US$ 8,2 miliar tahun lalu dan menjadi US$ 22,1 miliar pada 2028.