Nokia bersaing ketat dengan Huawei dan Ericsson dalam menyediakan layanan jaringan internet generasi kelima (5G). Perusahaan asal Finlandia itu menunjuk chief executive officer (CEO) baru.
Rajeev Suri mengundurkan diri dari posisi CEO Nokia. Pekka Lundmark kabarnya bakal menggantikan Suri mulai September nanti.
Pekka Lundmark bekerja di perusahaan energi Finlandia, Fortum sejak 2015. Ia sempat menjabat posisi eksekutif di Nokia pada 1990 dan 2000, salah satunya sebagai wakil presiden strategi dan pengembangan bisnis di Nokia Networks.
Ketua Direksi Nokia Risto Siilasmaa menilai, perusahaan butuh 'darah segar' saat ini. Perusahaan mempertimbangkan sejumlah kandidat pimpinan, baik dari internal maupun eksternal.
(Baca: Digandeng Nokia, Saham Sat Nusapersada Cetak Rekor Harga Tertinggi)
Di satu sisi, Siilasmaa memuji rekam jejak Lundmark di Fortum. Sebab, Lundmark dianggap konsisten memberikan pengembalian imbal hasil pemegang saham dan berhasil memperbarui strategi perusahaan.
“Saya senang Pekka setuju untuk bergabung dengan Nokia," ujar Siilasmaa dikutip dari CNN Internantional, kemarin (2/3).
Penunjukan itu akan menyatukan lagi Lundmark dan Baldauf di puncak perusahaan. Keduanya pernah memimpin unit jaringan Nokia, yang kini menjadi bisnis utama grup, antara 1998 dan 2005.
"Ini jelas merupakan pilihan Baldauf karena sejarah bersama mereka di Nokia dan Fortum," kata analis Nordea. “Era baru akan dimulai di Nokia dan dapat mencakup revisi strategi dan portofolio yang diumumkan dalam H2.”
(Baca: Disanksi AS, Huawei Justru Raih 91 Kontrak & Bangun 600 Ribu Antena 5G)
Dalam beberapa bulan terakhir, bisnis Nokia menurun signifikan. Saham perusahaan jatuh 46% sejak Maret 2019. Pada Oktober lalu, perusahaan menyampaikan lebih banyak berita buruk, seperti akan menunda dividennya untuk berinvestasi di bisnis 5G.
Dikutip dari Reuters, perubahan kepemimpinan di Nokia muncul di tengah ketidakpastian tentang masa depan vendor telekomunikasi Eropa. Sebab, ada spekulasi bahwa pesaingnya dari Swedia, Ericsson, akan diuntungkan dengan kebijakan di Eropa.
Selain itu, Huawei Technologies mendominasi pasar Eropa terkait peralatan telekomunikasi, meskipun masuk daftar hitam (blacklist) perdagangan Amerika Serikat (AS).
Pada bulan lalu, Huawei mengatakan mengaku berhasil meraih 91 kontrak 5G komersial. Sedangkan Ericsson dan Nokia masing-masing mengklaim 81 dan 68 kesepakatan.
(Baca: Langkah Gencar Telkomsel Kembangkan 5G: Gandeng Huawei hingga Ericsson)