Banyak sektor industri yang menyesuaikan operasional bisnisnya guna menerapkan protokol kesehatan saat pandemi corona. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun berencana mengembangkan teknologi jaringan internet generasi kelima (5G) di kawasan industri.
Namun, butuh anggaran besar untuk mengembangkan infrastruktur digital tersebut. “Ini saya rasa akan bisa mendukung Internet of Things (IoT) di kawasan industri,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SPPI) Kementerian Kominfo Ismail saat mengikuti acara diskusi virtual, Rabu (29/7).
Tingkat latensi atau keterlambatan pengiriman data pada 5G lebih rendah dibanding jaringan internet generasi sebelumnya. Oleh karena itu, teknologi ini sangat mendukung penggunanaan IoT hingga kecerdasan buatan.
Di satu sisi, teknologi seperti IoT membantu banyak perusahaan memantau operasional bisnis dari jarak jauh. Metode ini sesuai dengan protokol kesehatan di masa pandemi virus corona.
Saat ini, kementerian masih berdiskusi dengan para operator seluler dan Kementerian Perindustrian terkait pengembangan 5G di kawasan industri. "Daerah mana yang butuh prioritas 5G, itulah yang akan kami jadikan prioritas utama," ujar Ismail.
Kendati begitu, ia menegaskan bahwa kementerian akan tetap membangun jaringan 4G di daerah. Sebab, siswa dan karyawan diimbau belajar dan bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19.
Selain itu, kementerian terus mengkaji frekuensi yang cocok untuk 5G. Saat ini, frekuensi low layer dan middle layer digunakan oleh operator lain. “Misalnya, di bandwidth 700 digunakan oleh broadcasting operator untuk saluran televisi," kata dia, beberapa waktu lalu.
Low layer memiliki tiga frekuensi yaitu 700, 800, dan 900. Sedangkan middle layer yakni 1800, 2100, dan 2300. “Maka dilakukan proses Analog Switch Off,” ujar dia.
Namun, regulasi yang mengatur tentang Analog Switch Off justru diundur pembahasannya oleh DPR. Aturan yang dimaksud yakni Undang-undang (UU) Penyiaran.