Jaringan teknologi internet generasi kelima atau teknologi 5G siap digelar di Indonesia pekan ini, setelah operator seluler Telkomsel mendapatkan izin operasional dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Namun, peneliti teknologi menilai, butuh waktu 10 tahun agar jaringan 5G dinikmati se-Indonesia.
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan untuk membuat ramai penggunaan jaringan 5G, pemerintah hanya butuh waktu dua tahunan. "Tapi kalau ingin menyeluruh se-Indonesia butuh waktu 8-10 tahun," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (25/5).
Dia memperkirakan pada tahap awal (tahun pertama) jaringan 5G hanya bisa menyasar 2-3 provinsi. Kemudian tahap selanjutnya, di beberapa wilayah tertentu, seperti Ibu Kota Negara baru. Lalu, wilayah dan kota yang permintaannya tinggi akan mulai banyak mengadopsi jaringan 5G.
Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mempercepat gelaran jaringan 5G. "Layanan harus berkualitas dan jangan membuat pengguna kecewa, karena akan memengaruhi adopsi," kata Heru.
Pemerintah perlu menyiapkan ekosistem teknologi 5G. Ekosistem ini terkait teknologi yang mendukung industri 4.0 seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), virtual reality (VR), augmented reality (AR) maupun blockchain juga harus dikembangkan beriringan.
Selain itu, adabeberapa hal lainnya yang mesti diperhatikan, di antaranya regulasi, spektrum frekuensi radio, model bisnis, hingga talenta digital.
Terkait dimulainya teknologi 5G di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan agar masyarakat bisa berhati-hati. "Jangan sampai kita (warga Indonesia) hanya menjadi pengguna atau smart digital users. Kita harus mampu menjadi smart digital specialist," ujarnya dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional 2021, pada Selasa (4/5).
Smart digital specialist yang dimaksud Jokowi adalah mampu bersaing dengan pengguna teknologi lain, baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, dapat membuka lapangan kerja di Tanah Air.
Jokowi juga menyampaikan, seluruh pengguna harus bisa menjadi bagian dari produksi teknologi itu sendiri. Dengan begitu, manfaat maksimal dari perkembangan teknologi dapat diperoleh.
Apalagi, hampir seluruh perusahaan saat ini bergantung pada teknologi. "Dari situ, nilai tambah yang diciptakan sangat tergantung pada kecanggihan inovasi dan teknologi," ujar dia.
Jaringan Internet generasi kelima atau 5G siap digelar di Indonesia pekan ini (27/5), setelah Telkomsel mendapatkan Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) teknologi 5G dari Kementerian Kominfo, kemarin (24/5).
Menteri Kominfo Johnny Plate mengatakan penerbitan SKLO mengacu pada pelaksanaan Uji Laik Operasi (ULO) per 19 Mei hingga 20 Mei 2021. Hasilnya, Telkomsel dinyatakan laik mengoperasikan 5G di Indonesia.
Dalam tahapan ULO, Kementerian Kominfo melakukan pengujian teknis atas sarana dan prasarana milik Telkomsel untuk menggelar 5G. Tahapan ULO juga menurutnya telah dilakukan sesuai Peraturan Menteri Kominfo Nomor 5 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi.
Kementerian Kominfo juga mengacu pada spesifikasi International Mobile Telecommunication-2020 (IMT-2020), serta penetapan oleh International Telecommunication Union (ITU).
Kementerian Kominfo dan perusahaan telekomunikasi menguji coba jaringan 5G hingga 12 kali selama 2017 hingga tahun lalu. Salah satunya, dilakukan saat perhelatan Asian Games pada 2018.
Awal tahun ini, kementerian juga melelang pita frekuensi 2,3 GHz. Telkomsel menang lelang ini, sehingga memperoleh alokasi tambahan 20 MHz.
Sebanyak 10 MHz pada Blok A di rentang 2360 – 2370 MHz untuk layanan zona 1, 4, 5, 6, 9, 10 dan 12. Lalu 10 MHz pada Blok C di 2380 – 2390 MHz untuk wilayah 4,5,6, 9, 10, 12 dan 15.
Total lebar pita 50 MHz yang dimiliki Telkomsel, 30 MHz untuk penggunaan nasional dan 20 MHz berdasarkan zona. Sementara untuk penerapan 5G membutuhkan tiga lapisan spektrum frekuensi.
Selain Telkomsel, beberapa operator seluler juga mengaku sedang menyiapkan pengembangan jaringan 5G di Indonesia. Smartfren misalnya, terus melakukan kajian mendalam agar implementasi maupun ekosistem 5G siap digelar.
"Smartfren sendiri secara teknologi memang sudah siap untuk menggelarnya kapan pun pada saat yang tepat," kata Presiden Direktur Smartfren yang juga sebagai Wakil Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Merza Fachys kepada Katadata.co.id, pekan lalu (22/5).
Begitu juga dengan XL. "Kami sangat serius dalam mempersiapkan layanan 5G, baik teknis maupun non teknis," kata Group Head Communication XL Tri Wahyuningsih.
Persiapan teknis pun sudah dilakukan perusahaan seperti fiberisasi, uji coba Dynamic Spectrum Sharing (DSS), serta beberapa kali uji coba 5G. "Kami juga masih membutuhkan tambahan spektrum yang memadai agar bisa memberikan kualitas 5G yang sesungguhnya kepada pelanggan," ujar Wahyuningsih.