Sepertiga Komputer di Indonesia Diincar Peretas dan Serangan Siber

123RF.com/rawpixel
Ilustrasi keamanan internet
Penulis: Desy Setyowati
7/6/2021, 11.23 WIB

Laporan Kaspersky menunjukkan, 25,7% pengguna komputer di Indonesia hampir terkena serangan siber berbasis web oleh peretas (hacker). Selain itu, 38,3% menjadi target ancaman lokal seperti lewat USB atau DVD.

Data itu merujuk pada data Kaspersky Security Network (KSN), yaitu infrastruktur terdistribusi kompleks yang didedikasikan untuk memproses aliran data terkait keamanan siber dari jutaan peserta sukarela di seluruh dunia.

Dari data itu, Kaspersky mendeteksi dan memblokir 9,6 juta ancaman siber berbeda yang ditularkan melalui internet pada komputer pengguna KSN di Indonesia selama kuartal pertama. Jumlahnya meningkat 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan delapan juta lebih ancaman.

Secara keseluruhan, 25,8% pengguna menjadi sasaran ancaman yang ditransmisikan melalui web selama periode ini. Alhasil, Indonesia berada di urutan 56 dunia dalam hal bahaya yang muncul saat berselancar di web.

“Dengan lebih dari 70% penduduk Indonesia menggunakan internet. Sudah tidak diragukan bahwa negara ini dan para pengguna masih menjadi daya tarik bagi para para penjahat dunia maya,” kata General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky Yeo Siang Tiong dalam siaran pers, Senin (7/6).

Ada dua metode umum yang digunakan peretas untuk membobol komputer pengguna di Nusantara. Pertama, memanfaatkan kerentanan pada peramban (browser) dan plugin atau unduhan drive-by.

Kedua, rekayasa sosial (social engineering). Pelaku meminta calon korban mengunduh file tertentu, dan meyakinkan mereka bahwa ini resmi.

Kaspersky juga mencatat, 23,6 juta insiden penyematan file berisi virus ke komputer di Indonesia. Jumlahnya turun 18% dibandingkan kuartal pertama 2020 sebanyak 28,9 juta.

Ancaman perangkat lunak (software) jahat seperti itu biasanya terjadi karena penggunaan drive USB, CD, DVD, dan lainnya.

Kasperky pun membagikan enam tips agar pengguna bisa menghindari serangan siber. Pertama, memeriksa setiap tautan dengan cermat sebelum mengunjungi situs, terutama untuk kesalahan ejaan atau penyimpangan lainnya.

Kedua, jangan memercayai email dari pengirim yang tidak dikenal sampai Anda dapat memverifikasi keasliannya. Ketiga, jangan mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak tepercaya, meskipun diiklankan secara aktif.

Keempat, jangan memberikan izin aksesibilitas ke aplikasi apa pun yang meminta. Sebab pada dasarnya, sangat sedikit program yang benar-benar membutuhkan akses untuk ini.

Kelima, menggunakan koneksi yang aman, terutama saat mengunjungi situs web sensitif. Sebagai tindakan pencegahan minimum, jangan gunakan Wi-Fi publik atau tidak dikenal tanpa perlindungan kata sandi.

Terakhir, selalu menjalankan sistem dengan program anti-malware terbaru.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan