Korea Selatan meluncurkan rencana lima tahunan untuk pengembangan teknologi internet generasi keenam atau 6G. Dalam rencana tersebut, negeri ginseng itu akan menginvestasikan 220 miliar won atau setara Rp 2,7 triliun untuk bersaing dengan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) dalam mengembangkan jaringan 6G.
Mengutip Gizmochina, dana investasi itu akan digunakan oleh Korea Selatan untuk meningkatkan penelitian. Selain itu, dana investasi juga akan diberikan untuk proyek-proyek kerja sama pengembangan 6G dengan AS.
Berdasarkan rencana lima tahunan itu, Korea Selatan menargetkan dapat melakukan komersialisasi 6G pada 2028. Adapun teknologi 6G hanya dapat dikomersialkan ketika jaringan berkinerja tinggi di darat dan komunikasi satelit digabungkan.
Menteri sains dan teknologi informasi Korea Selatan Lim Hye-sook mengatakan bahwa jaringan seluler generasi berikutnya merupakan dasar dari inovasi digital. "Korea Selatan harus memainkan peran yang berani dan menantang bersama untuk memimpin pasar internasional di era generasi ke-6 berdasarkan pengalaman dan pengetahuan di bidang jaringan," katanya dikutip dari Gizmochina pada Rabu (23/6).
Selain pemerintah, perusahaan Korea Selatan juga gencar mengembangkan 6G. Samsung Electronics misalnya, menggandeng University of California, Santa Barbara (UCSB) untuk menguji coba jaringan 6G. Uji coba dilakukan menggunakan spektrum frekuensi 140 Gigahertz (GHz) atau masuk kategori Terahertz (Thz). Frekuensi THz mencakup sejumlah besar spektrum, dengan lebar pita puluhan GHz.
Samsung menguji coba 6G menggunakan modul pemancar dan transmiter array bertahap 16 saluran. Perangkat itu digerakkan oleh complementary metal-oxide-semiconductor (CMOS) radio frequency integrated circuits (RFIC) dan unit pita dasar untuk memproses sinyal dengan bandwidth 2 GHz dan beamforming adaptif cepat. Pengujian dilakukan pada jarak 15 meter.
Hasilnya, 6G menghasilkan kecepatan 6,2 Gigabita per detik (Gbps). Keterlambatan pengiriman data atau latensi 6G juga sepersepuluh dibandingkan 5G. Kecepatan yang tinggi dan latensi yang rendah ini memungkinkan pengguna menikmati layanan seperti extended reality (XR) dan hologram seluler dengan lebih baik.
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang terdepan dalam penerapan teknologi 5G. Opensignal mencatat rata-rata kecepatan unduhan 5G di Korea Selatan mencapai 354,4 Mbps. Angka itu menjadi yang tercepat di dunia, mengalahkan Uni Emirat Arab dengan 292,2 Mbps, Taiwan 272,2 Mbps, Arab Saudi 264,7 Mbps, Australia 250,5 Mbps, dan Kuwait 201,6 Mbps.
Negara lainnya Tiongkok dan AS juga gencar mengembangkan jaringan 6G. Tiongkok menargetkan pengembangan teknologi internet generasi keenam atau 6G akan meluncur secara komersial pada 2030.
Tiongkok juga merilis buku putih berisi panduan 6G yang dirilis oleh organisasi dari Akademi Teknologi Informasi dan Komunikasi Tiongkok (CAICT) bernama IMT 2030 6G. "Tiongkok akan meluncurkan teknologi 6G secara komersial pada 2030," dikutip dari Gizmochina mengacu pada buku putih pengembang 6G pada awal bulan ini (7/6).
Sebelumnya, laporan dari China National Intellectual Property Administration (CNIPA) juga menyebutkan, Negeri Tirai Bambu menguasai jumlah paten 6G secara global. Terbukti, 35% dari total 38 ribu paten 6G di dunia merupakan milik perusahaan Tiongkok. Sedangkan AS menempati posisi kedua dengan 18% paten, disusul oleh Uni Eropa.
Tiongkok juga telah meluncurkan satelit eksperimental 6G pertama di dunia tahun lalu, di Taiyuan Satellite Launch Centre, Provinsi Shanxi. Ini bertujuan membuat ultra-fast network yang 100 kali lebih cepat dibanding 5G, yang rencananya dapat digunakan pada 2030
Kemudaian AS, telah mengkaji pengembangan 6G sejak 2019. Saat itu, mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Negeri Paman Sam bakal mengadopsi 6G sesegera mungkin.
Pengembang standar telekomunikasi AS atau Alliance for Telecommunications Industry Solutions (ATIS) juga telah meluncurkan Next G Alliance terkait 6G. Raksasa teknologi seperti Apple Inc, AT&T Inc, Qualcomm Inc, Google, dan Samsung Electronics Co masuk dalam aliansi ini.
Selain mengembangkan 6G, AS menekan industri 5G Tiongkok. Caranya, dengan memblokir layanan 5G Huawei dan mendorong negara-negara di Eropa untuk melakukan hal serupa.
Direktur industri teknologi informasi dan komunikasi Frost and Sullivan di AS Vikrant Gandhi mengatakan, kedua negara berlomba-lomba mengembangkan dan mematenkan 6G karena potensinya besar.
Teknologi ini juga diprediksi menguasai revolusi industri berikutnya. "Kemungkinan persaingan untuk kepemimpinan 6G akan lebih sengit daripada 5G," kata Gandhi dikutip dari The Star, Februari lalu (14/2).