Raksasa teknologi asal Cina Tencent dikabarkan akan mengakuisisi merek ponsel game Black Shark. Upaya itu dilakukan Tencent untuk mengembangkan perangkat keras metaverse.
Dikutip dari Gizmochina, beberapa sumber independen menyatakan bahwa pengembang PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG) itu berencana menjalankan transformasi bisnis setelah mengakuisisi Black Shark. Merek ponsel game itu kemungkinan akan berekspansi ke perangkat Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) setelah transaksi akuisisi rampung.
"Melalui transformasi bisnis itu, konten dan perangkat lunak (software) metaverse akan disediakan oleh Tencent, sementara Black Shark memproduksi perangkat kerasnya," demikian dikutip dari Gizmochina pada Senin (10/1).
Black Shark sendiri merupakan smartphone game yang didirikan pada 2017. Merek ini didukung oleh raksasa teknologi asal Cina lainnya, Xiaomi. Sampai saat ini, Xiaomi merupakan pemegang saham mayoritas, yang memegang sekitar 46,4% saham di Black Shark.
Upaya Tencent untuk masuk ke pasar metaverse juga ditunjukkan oleh petingginya. Pada November 2021, Presiden Tencent Martin Lau berharap, pemerintah Tiongkok mendukung pengembangan teknologi ini dengan peraturan khusus untuk pasar.
CEO Tencent Pony Ma juga mengungkapkan pemikiran perusahaan tentang metaverse untuk pertama kalinya pada November 2021. "Apa pun yang membuat dunia virtual lebih nyata dan dunia nyata lebih kaya dengan pengalaman virtual dapat menjadi bagian dari metaverse," ujarnya dikutip dari TechCrunch pada tahun lalu (11/11/2021).
Selain Tencent, raksasa teknologi asal Cina lainnya seperti Alibaba dan Baidu juga menyasar pasar metaverse. Alibaba memiliki halaman web yang mempromosikan penawaran cloud metaverse.
Perusahaan yang dijuluki Google Cina, Baidu juga mengembangkan aplikasi metaverse bernama XiRang. Ini memungkinkan seseorang berkeliling kota secara virtual melalui aplikasi.
Metaverse merupakan generasi berikutnya dari internet. Ini adalah dunia virtual di mana manusia berinteraksi melalui avatar tiga dimensi.
Analis Goldman Sachs Eric Sheridan mengatakan, metaverse saat ini memang masih diakses melalui smartphone. Akan tetapi, beberapa raksasa teknologi diprediksi gencar mengembangkan perangkat Virtual Reality (VR) canggih atau headset AR alias Augmented Reality tahun ini.
"Big tech sekarang melihat ke arah AR sebagai pergeseran platform komputasi berikutnya," kata Sheridan dikutip dari CNBC Internasional, akhir pekan lalu (1/1).
Pendiri Microsoft Bill Gates memperkirakan, transformasi bisa terjadi dalam dua atau tiga tahun. Ia memprediksi, pertemuan kantor di dunia virtual menjadi tren pada 2023 atau 2024.