Kekayaan pendiri Facebook Mark Zuckerberg anjlok US$ 87,3 miliar atau sekitar Rp 1.362 triliun sejak awal tahun atau year to date (ytd). Para bos di Silicon Valley pun menyindir mimpinya soal mengembangkan dunia virtual atau metaverse.
Silicon Valley merupakan pusat inovasi di Amerika yang mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Facebook, Google, Netflix, Tesla, Twitter hingga Yahoo. Letaknya di selatan San Francisco, California, AS. Wilayah ini menampung sekitar 2.000 perusahaan teknologi.
“Kekayaan Mark Zuckerberg anjlok US$ 87,3 miliar ytd menjadi US$ 38,2 miliar (Rp 596,2 triliun) per 31 Oktober,” demikian data Bloomberg Billionaires Index, Senin (31/10).
Mimpinya mengembangkan metaverse pun disindir oleh beberapa pendiri raksasa teknologi di Sillicon Valley. Petinggi Xbox Phil Spencer menyebut metaverse sebagai ‘video game yang dibuat dengan buruk’.
"Pembuat video game memiliki kemampuan luar biasa untuk membangun dunia menarik yang ingin pengguna habiskan,” kata dia dikutip dari News18, akhir pekan lalu (29/10).
“Bagi saya, membangun metaverse yang terlihat seperti ruang pertemua, saya hanya merasa bukan itu tempat di mana saya ingin menghabiskan sebagian besar waktu,” tambah dia.
Padahal, Microsoft dan Meta baru saja mengumumkan kemitraan untuk membuat Microsoft Office dan Xbox Cloud tersedia di sistem Meta Quest VR.
Sedangkan mantan pendiri Oculus VR Palmer Luckey membandingkan metaverse dengan ‘proyek kendaraan’, karena induk Facebook yakni Meta menghabiskan uang hanya untuk ini.
“Tidak. Itu tidak menyenangkan dan tak baik. Saya pikir kebanyakan orang di tim mungkin setuju bahwa saat ini (metaverse) bukan produk yang bagus,” kata Luckey. Facebook membeli Oculus VR pada 2014.
Begitu juga dengan SVP Pemasaran Global di Apple Greg Joswiak. “Metaverse adalah kata yang tidak akan pernah saya gunakan,” ujar dia.
Pesaing Facebook, yakni CEO Snap Evan Spiegel bahkan membandingkan konsep metaverse dengan hidup di dalam komputer. Dia menyatakan tidak pernah ingin menghabiskan waktu di dalam komputer setelah pulang bekerja.
Meski begitu, CEO Meta Mark Zuckerberg tetap optimistis tentang gagasan metaverse. Pada Agustus, ia mendapat kecaman karena mengunggah gambar avatar di depan Menara Eiffel versi dunia virtual.
Laba Induk Facebook Anjlok
Meta mencatatkan laba US$ 4,395 miliar, melorot dibandingkan kuartal III 2021 US$ 9,194 miliar. Pendapatan juga menurun 4% yoy menjadi US$ 27,7 miliar.
CFO Meta David Wehner mengatakan, salah satu penyebab penurunan ini yakni inflasi. Selain itu, karena investasi besar Meta di divisi metaverse, Reality Labs yang kehilangan US$ 3,672 miliar selama kuartal III.
“Ini usaha besar dan seringkali membutuhkan beberapa versi dari setiap produk sebelum menjadi mainstream,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg dalam pertemuan dengan investor terkait laporan keuangan dikutip dari TechCrunch, pekan lalu (27/10).
“Tetapi saya pikir pekerjaan kami di sini akan menjadi sejarah penting dan menciptakan fondasi untuk cara yang sama sekali baru, ketika orang-orang berinteraksi satu sama lain dan memadukan teknologi ke dalam kehidupan, serta fondasi untuk jangka panjang bisnis kami,” tambah dia.