Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) terus melanda berbagai startup dan perusahaan raksasa teknologi global sejak awal tahun. Jumlah PHK terus bertambah, seiring meningkatnya inflasi dan suku bunga, kekhawatiran resesi, anggaran investasi semakin mengetat, hingga pendanaan yang seret.
Laporan layoffs.fyi menunjukkan, terdapat 757 startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya sejak awal 1 Januari hingga 8 November 2022. Secara total, terdapat 104.791 karyawan dirumahkan oleh ratusan startup tersebut.
Adapun salah satu perusahaan yang melakukan PHK terbesar tahun ini adalah Twitter. Pemilik baru Twitter Elon Musk
memecat 3.700 karyawannya pada awal November ini. Layoffs.fyi menyebut jumlah PHK di Twitter tersebut menempati peringkat terbesar kedua secara global.
Selain Twitter, beberapa perusahaan teknologi lainnya akan menempuh langkah yang sama:
Meta
CEO Meta Mark Zuckerberg akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya. PHK di perusahaan induk Facebook itu mulai Rabu pagi waktu setempat (9/11). Mark sudah menyampaikan rencananya dalam pertemuan yang melibatkan ratusan eksekutif.
Wall Street Journal menyebutkan pemotongan jumlah karyawan diperkirakan akan mencapai ribuan orang. PHK ini bakal menjadi yang terbesar tahun ini di sektor teknologi. Berdasarkan sumber yang mengetahui pertemuan tersebut, Head of Human Resources Meta Lori Goler mengatakan karyawan yang di PHK akan mendapat pesangon sebesar empat bulan gaji.
Sumber mengungkapkan, Mark mengatakan bahwa dia bertanggung jawab atas kesalahan langkah perusahaan dan optimismenya yang berlebihan tentang pertumbuhan yang menyebabkan kelebihan staf.
Berdasarkan laporan tersebut, direktur perusahaan di berbagai bagian organisasi mulai memberi tahu bawahan mereka tentang pemotongan dan reorganisasi setelah pertemuan. Hingga akhir September, Meta memiliki lebih dari 87.000 karyawan.
Twitter akhirnya memutuskan untuk memberhentikan 3.700 pekerja mereka pada Jumat (4/11). Pemilik baru Twitter, Elon Musk,mengatakan keputusan ini diambil sebagai jalan terakhir karena perusahaan mengalami kerugian.
"Sayangnya tidak ada pilihan ketika perusahaan merugi lebih dari US$4 juta/hari," tulis Musk dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (5/11).
Setiap orang yang keluar akan mendapatkan tiga bulan pesangon. "50% lebih banyak dari yang diwajibkan secara hukum," kata Musk.
Menyitir laporan Reuters, jumlah PHK ini merupakan 50% dari jumlah keseluruhan karyawan yang bekerja di perusahaan yang telah berdiri selama 16 tahun.
Berdasarkan unggahan Twitter para staf perusahaan yang dikutip Reuters, PHK terjadi kepada banyak divisi, dari divisi komunikasi, tim pengelola moderasi konten, hak asasi manusia dan etika pembelajaran mesin.
Sebelumnya Musk juga dikabarkan mengarahkan tim Twitter untuk melakukan penghematan biaya infrastruktur tahunan hingga US$ 1 miliar atau setara Rp 15,7 triliun. Kini, dia tercatat sebagai CEO dan direktur satu-satunya.
Setelah pemecatan itu, dikabarkan Twitter memanggil kembali beberapa karyawan karena mereka sangat penting untuk membangun fitur untuk platform yang diinginkan Elon Musk.
Microsoft
Microfot Corp (MSFT.O) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap kurang dari 1.000 karyawan di beberapa divisi pada pekan ini.
Kebijakan itu berdampak pada kurang dari 1% total karyawan di perusahaan besutan Bill Gates tersebut. Tercatat, terdapat 221 ribu orang karyawan yang bekerja di Microsoft per 30 Juni 2022.
"Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi prioritas bisnis secara teratur dan membuat penyesuaian struktural yang sesuai," kata juru bicara Microsoft, dikutip dari Reuters pada Rabu (19/10).
Perusahaan mengatakan bakal terus berinvestasi dalam bisnisnya dan mempekerjakan karyawan di area pertumbuhan utama pada tahun depan.
Sebelumnya, Microsoft juga telah melakukan PHK terhadap sebagian kecil karyawannya pada Juli 2022 lal
Perusahaan media sosial Snapchat memecat 20% karyawannya pada Agustus 2022. Totalnya 1280 dari 6.400 karyawan yang dipecat.
Tidak hanya melakukan PHK, Snap juga menghentikan produknya seperti Zenly, Voisey, Pixy, dan menutup divisi yang memproduksi pertunjukan pendek eksklusif dengan selebriti dan influencer.
CEO Snap Inc Evan Spiegel mengatakan akibat kondisi makroekonomi yang memaksa hal ini terjadi. Ia menyesali tindakan ini namun diperlukan untuk memastikan kelangsungan bisnis.
“Sementara kami akan melanjutkan pekerjaan kami untuk mempercepat kembali pertumbuhan pendapatan,” kata Evan. “Kami harus memastikan kesuksesan jangka panjang Snap di lingkungan apa pun.”