PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan nama untuk produk baru hasil gabungan antara Indihome dan Telkomsel yang akan dirilis Agustus 2023. Induk usaha menargetkan pencapaian 5 juta pelanggan dalam lima tahun pertama pelaksanaan bisnis Fixed Mobile Convergence (FMC) ini.
FMC adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.
SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan pencapaian target 5 juta pelanggan dilakukan dengan penyilangan penjualan atau cross selling, baik untuk pengguna Indihome maupun pengguna Telkomsel. Menurut dia, pemasaran yang dilakukan tidak akan masif karena akan menggunakan skema one on one selling dengan sasaran utamanya adalah pengguna keluarga.
"Kalau dengan FMC ini kami bisa dapat selanjutnya 5 juta pelanggan dalam 5 tahun pertama dengan menyasar pelanggan eksisting. Bayangkan kalau kami gabungkan Indihome dan Orbit nanti yang kick off pemasarannya akan dilakukan pada Agustus mendatang," ujar Ahmad Reza dalam acara diskusi Indotelko bertajuk "Babak Baru Layanan Broadband Bersama Fixed Mobile Convergence" di Jakarta, dikutip Jumat (26/5).
Bagi Telkom, lanjutnya, sejalan dengan strategi korporasi, maka harus ada inovasi bisnis yang menguntungkan masyakarat dan negara. Telkom melihat besarnya peluang pasar di jaringan tetap atau fixed broadband karena penetrasinya baru 14% dibanding jaringan bergerak atau mobile broadband.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Reza memastikan tarif yang ditetapkan pada harga produk baru berada di antara rerata pendapatan per pengguna atau ARPU Indihome, dan ARPU Orbit, produk Telkomsel.
"Nantinya akan ada nama produk baru gabungan Indihome dan Telkomsel ini. Harga produk baru ini, juga tidak akan di atas ARPU Indihome di Rp 265.000 dan tidak akan di bawah ARPU Orbit Rp 70.000," jelasnya.
Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengatakan, ada perbedaan anatra layanan 5G dan FMC. Saat ini, kebutuhan penggunaan 5G di Indonesia belum banyak, yakni baru untuk segmen enterprise dan fixed wireless.
"Saya lihat ini hal baru karena dulu selalu mobile service, FMC ini baru permulaan. Sementara penetrasi fixed broadband bisa 14 persen juga didorong oleh double play konvergensi layanan TV dan internet. FMC ini bisa jadi next double play yang bisa dorong penetrasi fixed broadband jadi 20-30 persen ke depannya," kata Niko.
Ia juga menyoroti adanya peluang pendapatan baru operator dengan FMC. Sebab ada estimasi tambahan Rp 200 ribu untuk ARPU. Di layanan mobile, ARPU antara Rp 40.000-Rp 45.000. "Itu very big plus, biaya bisa naik untuk ningkatin ARPU, tapi tetap bisa drive more revenues operator yang sekarang," lanjutnya.
Selain bisnis baru yang memberikan peluang pendapatan baru, FMC menurut Niko juga mendorong operator fokus bagaimana memberikan offering layanan yang lebih baik ke pelanggan sehingga ARPU pun bisa lebih sehat.
Founder IndoTelko Forum Doni Ismanto Darwin menyakini FMC bisa menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi di tengah tekanan terus menurunnya ARPU karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.
“FMC harus dijadikan sebagai era baru layanan broadband di Indonesia di mana dari sisi kecepatan pelanggan merasakan true broadband, dari sisi harga terjangkau, dan pelayanan purna jual membuat nyaman pelanggan,” kata Doni.
Menurut dia, jika kembali terjebak ke dalam perang harga ketika menyelenggarakan FMC, maka pihak yang dirugikan tidak hanya operator tetapi masyarakat.