Induk TikTok yakni ByteDance disebut-sebut menggunakan ChatGPT milik OpenAI untuk membuat teknologi saingan. Teknologi yang dimaksud yakni model bahasa besar alias Large Language Model.

Raksasa teknologi seperti induk Instagram yakni Meta, Google, Microsoft mengembangkan LLM masing-masing.

Startup Indonesia yakni Glair.ai bersama dengan Datasaur.ai, Badan Riset dan Inovasi Nasional alias BRIN, dan AI Singapore alias AISG mengembangkan LLM yang berfokus pada Bahasa Indonesia.

LLM adalah algoritme pembelajaran mendalam yang dapat melakukan berbagai tugas pemrosesan bahasa alami alias natural language process (NLP).

Berdasarkan dokumen internal induk TikTok, ByteDance yang diterima oleh The Verge, perusahaan menggunakan Antarmuka Pemrograman Aplikasi alias Application Programming Interface (API) OpenAI untuk mengembangkan LLM sendiri.

Pengembangan LLM itu diberi nama Project Seed. Hampir setiap tahap pengembangan LLM, termasuk pelatihan dan evaluasi model, mengandalkan API ChatGPT milik OpenAI.

OpenAI menyebut hal itu sebagai pelanggaran atas persyaratan penggunaan layanan. “Keluaran model LLM tidak dapat digunakan untuk mengembangkan model kecerdasan buatan apapun yang bersaing dengan produk dan layanan kami,” kata perusahaan dikutip dari The Verge, akhir pekan lalu (15/12).

Karyawan yang terlibat menyampaikan, berdasarkan percakapan di aplikasi komunikasi internal perusahaan yakni Lark, perusahaan menutupi penggunaan API ChatGPT melalui desensitisasi data.

Pegawai yang mengerjakan Project Seed secara teratur memaksimalkan jatah akses API ke ChatGPT milik OpenAI.