Indonesia meminta Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO menyetop moratorium yang membuat pemerintah tidak bisa mengenakan bea masuk atas produk digital. Biaya berlangganan Gmail untuk bisnis, YouTube Premium, Netflix, Disney+ Hotstar hingga ChatGPT dinilai bisa naik.
WTO menerapkan moratorium atau pembebasan tarif bea masuk dan cukai untuk produk digital sejak 1998. Moratorium ini akan berakhir pada Maret 2024.
Kementerian Keuangan atau Kemenkeu dan Kementerian Perdagangan alias Kemendag ingin moratorium itu disetop, supaya pemerintah bisa mengenakan bea masuk atas produk digital.
Riset UNCTAD berjudul Growing Trade in Electronic Transmission: Implications for the South pada 2019 memperkirakan moratorium WTO tersebut membuat negara dengan ekonomi berkembang kehilangan US$ 8 miliar pada 2017. Sementara itu, negara maju hanya kehilangan potensi US$ 212 juta.
Namun Managing Director Asia Internet Coalition atau AIC Jeff Paine memperkirakan, dampak moratorium WTO terhadap potensi pendapatan bea cukai produk digital kurang dari 1%. Menurut dia, pengenaan bea masuk dan cukai justru bisa berdampak buruk terhadap ekonomi digital.
Google, Temasek, dan Bain and Company memperkirakan nilai pasar ekonomi digital Indonesia US$ 82 miliar atau sekitar Rp 1.292 triliun pada 2023. Rinciannya sebagai berikut:
“Sekarang kita hidup dengan tantangan inflasi. Begitu juga di Indonesia. Jika UMKM harus membayar lebih untuk produk digital, itu bisa merugikan inovasi,” kata Jeff Paine saat wawancara dengan Katadata.co.id, Kamis (1/2).
Layanan digital yang digunakan oleh UMKM misalnya, komputasi awan atau cloud untuk menyimpan data, jaringan dan pengiriman konten, analisis data, mesin pembelajaran alias machine learning hingga keamanan data.
“Bagi konsumen, jika biaya naik terlalu tinggi maka mereka mungkin akan mengurangi penggunaan layanan digital,” Jeff menambahkan.
Layanan digital yang bisa digunakan oleh konsumen luas seperti berlangganan Netflix, Disney+ Hotstar, YouTube Premium, Gmail dengan kapasitas yang lebih besar, X atau Twitter premium hingga ChatGPT.
Jeff mencontohkan layanan digital Zoom, Google Meet maupun Microsoft Teams yang masih digunakan di Indonesia saat pandemi Covid-19. Menurut dia, layanan-layanan dari luar negeri membantu masyarakat untuk menjalani aktivitas di tengah keterbatasan mobilitas.
Ia juga menyoroti dampak penyetopan moratorium WTO terhadap ekspor produk digital di Indonesia. Salah satu produk digital yang mulai didorong untuk ekspor yakni game.
“Jika saya tinggal di Malaysia dan ingin membeli layanan digital dari Indonesia, kemudian biayanya naik, mungkin saya akan mengurangi pembelian,” ujar Jeff Paine.