Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo menyetujui operator seluler XL Axiata merger dengan Smartfren. Tujuannya agar industri telekomunikasi lebih sehat.
“Iya lebih sehat dan efisien. Tiga cukup,” kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi di BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (26/3). Skema bisnisnya diserahkan kepada perusahaan.
Kabar XL Axiata dan Smartfren berdiskusi untuk merger muncul sejak 2021. Kemudian muncul lagi pada pertengahan tahun lalu.
Sumber Bloomberg pada September 2023 menyampaikan, XL Axiata dan Smartfren sudah membicarakan ini dengan para penasihat.
Opsi selain mergeryang sedang dipertimbangkan adalah perjanjian berbagi jaringan dan kemitraan. Pembicaraan masih dalam tahap awal dan belum ada kepastian bahwa kesepakatan apapun akan terjadi.
Presiden Direktur sekaligus CEO XL Axiata Dian Siswarini mengatakan, merger merupakan kewenangan Axiata Group Bhd selaku induk usaha. “Konsolidasi sebenarnya baik buat industri. Pak Menteri kan menyebutkan idealnya itu tiga operator konsolidasi baik buat industri,” kata dia dalam acara Syukuran Anniversary XL Axiata 27th, di Jakarta, pada Oktober tahun lalu (9/10/2023).
Dian menyampaikan, Axiata Group Bhd terus menjajaki opsi konsolidasi. Meski demikian, ia menilai opsi merger tersebut masih terlalu awal.
“Ada kemungkinan, karena perkawinan selalu harus ada kata sepakat. Sampai saat ini, sebagai manajemen sebetulnya tidak banyak terlibat. Yang banyak terlibat adalah stakeholder. Namun XL mendukung untuk terjadi konsolidasi,” ujar Dian.
"Itu (konsolidasi) akan membuat investasi industri lebih efisien. Spektrum yang ada, akan lebih mumupuni. Operator bisa menitikberatkan ke kualitas atau experience pelanggan," Dian menambahkan.
Sementara itu, Smartfren Telecom bakal meningkatkan perluasan jaringan tahun ini dengan menyiapkan belanja modal Rp 1,5 triliun hingga Rp 2 triliun. Presiden Direktur Smartfren Telecom Merza Fachys mengatakna, langkah ini sebagai respons terhadap permintaan pasar.
Perluasan itu mencakup lebih dari 2.000 BTS, yang sudah dibangun di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christopher Rusli mengatakan, rumor merger antara Grup Axiata Malaysia dan Grup Sinarmas dinilai amat terbuka. Apalagi Pemerintah Indonesia tengah mengupayakan konsolidasi industri telekomunikasi untuk efisiensi spektrum.