Grab Gunakan AI, untuk Transaksi Ojek Online dan Rekomendasi Makanan

Grab
Layanan GrabCar Airport.
Penulis: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
14/5/2024, 17.41 WIB

Raksasa ride-hailing Asia Tenggara, Grab, mengungkapkan bagaimana perusahaan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Salah satunya untuk membantu mitra pengemudi menggenjot transaksi.

Regional Head of Product Strategy Anan Kasetra mengatakan setiap aplikasi Grab baik untuk konsumen, merchant, dan pengemudi memanfaatkan teknologi AI.

“AI landscape penggunaan di Grab bukan hanya memesan mobil atau makanan,” kata Anan dalam acara Grab Business Forum 2024 "Resilient Business Forward: Paving the Way to the Bolder Future", di Jakarta, Selasa (14/5).

Ia menyampaikan bagaimana teknologi AI ini mendorong transaksi para mitra pengemudi, yaitu AI membaca preferensi para pengemudi untuk mendapatkan orderan.

Misalnya, mitra pengemudi mengatur aplikasi agar mendapatkan orderan yang sesuai dengan arah pulang para mitra.

“Kami melihat preferensi dan jaraknya, sering terjadi driver di depan (konsumen) tidak sesuai (dengan tujuan penumpang),” ujar dia. Sehingga teknologi AI digunakan untuk menyeimbangkan ketersediaan pengemudi dan permintaan pengguna.

Ia menyampaikan pemanfaatan AI yang utama di Grab yakni marketplace management, untuk mencocokan pengemudi dan konsumen serta perkiraan waktu tiba.

Anan mengatakan pemanfaatan AI di Grab harus terintegrasi pada proses-proses yang ada dalam ekosistem perusahaan. Mulai dari data, membuat prediksi dan mengambil keputusan, hingga monitoring.

“Misal saat hujan, kami punya datanya, dengan data itu kami bangun predictive model yang akan membuat skema delivery yang spesifik. Ada penyesuaian dan monitoring,” kata dia.

Pemanfaatan Teknologi AI Mulai dari Bahasa hingga Fitur Rekomendasi

Grab hadir di delapan negara di Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja.

Anan mengatakan perbedaan bahasa di Asia Tenggara menjadi pekerjaan yang cukup repot. Sebab, bahasa yang digunakan di Thailand dan Vietnam tidak menggunakan huruf latin.

“Di Thailand, driver pakai bahasa Thailand, bayangkan kalau kita tidak bisa bahasa Thailand,” ujar dia.

Selain itu, ia mengatakan para merchant GrabFood di Thailand dan Vietnam juga menuliskan menu dan keterangan menggunakan bahasa negara tersebut. Sehingga membuat bingung konsumen yang berasal dari negara lain seperti Indonesia.

Oleh karena itu, Grab memanfaatkan teknologi AI untuk mendukung fitur terjemahan pada aplikasi.

“Jadi dengan translation ini kita membuat terobosan saat memesan ojol, chat sama driver, dan juga di menu, ini yang membuat xperience di SEA lebih seamless,” kata Anan. “Ini lumayan membantu ketika banyak kedatangan wisatawan asing khususnya Asia Tenggara, dan mereka sangat terbantu dengan adanya translation.”

Grab juga memanfaatkan teknologi AI untuk memudahkan pekerjaan. Mulai dari coding hingga copywriting. “Di Grab sekarang, sebagian besar atau bahkan semua developer kami coding sudah dibantu AI,” katanya.

Selain itu, Grab juga mempunyai aplikasi internal yang bernama 'Mystique'. Melalui aplikasi ini, Anan mengatakan bahwa efisiensi pekerjaan copywriting meningkat hingga lebih dari 90%.

Dengan memanfaatkan teknologi AI, Grab sedang menguji coba fitur rekomendasi untuk konsumen di GrabFood.

Konsumen yang bingung ingin makan apa, bisa menuliskan ciri-ciri makanan yang diinginkan. Misalnya, menuliskan “makanan tinggi protein setelah olahraga”, maka akan muncul rekomendasi pilihan makanan yang sesuai.

Reporter: Lenny Septiani