Petani di India Lokeswara Reddy, 52 tahun, mencatatkan peningkatan pendapatan setelah menggunakan teknologi seperti Starlink, yakni satelit. Akan tetapi, satelit yang digunakan jenis pengamatan bumi, bukan untuk sinyal internet.
Starlink menggunakan satelit LEO atau Low Earth Orbit. Berdasarkan laman EOS, satelit ini juga bisa digunakan untuk penginderaan jauh, observasi bumi resolusi tinggi, dan penelitian ilmiah, karena data dapat diperoleh dan dikirim dengan cepat.
Reddy menjelaskan, dirinya menghadapi tantangan iklim yang berubah-ubah, biaya input mahal, dan kelangkaan tenaga kerja pada 10 tahun lalu. Ia kemudian menggunakan layanan satelit milik startup Cropin untuk mengumpulkan data.
Dari layanan satelit Cropin tersebut, Reddy mendapatkan informasi tentang waktu penanaman yang optimal, peringatan cuaca, serta penggunaan irigasi dan pestisida yang lebih efisien.
"Dalam sepuluh tahun terakhir, saya berhasil meningkatkan keuntungan bersih dari 5 ribu – 10 ribu rupee menjadi 20 ribu rupee per hektare lahan jagung,” kata Reddy dikutip dari Reuters, Senin (20/5). Lahan Reddy terletak di negara bagian India selatan, Andhra Pradesh.
Pemerintah India juga mendukung penggunaan data satelit untuk mengatasi masalah di sektor pertanian, dengan melonggarkan aturan investasi asing untuk sektor antariksa.
Menurut ketua Indian National Space Promotion and Authorization Centre Pawan Goenka, pemanfaatan data dalam sektor pertanian menawarkan potensi besar. "Jalur India menuju kepemimpinan dalam perlombaan antariksa baru terletak pada pemanfaatan kekuatan data, dan aplikasi dalam sektor pertanian menawarkan potensi besar," kata Pawan.
Selain itu, Cropin yang berdiri pada 2010 didukung oleh Google dan Yayasan Gates. Startup India ini menandatangani kesepakatan dengan layanan web Amazon untuk memproses data satelit guna mengatasi ketidakamanan pangan global.
Kemitraan Cropin dengan petani, Bank Dunia, dan pemerintah India di 244 desa, disebut menghasilkan peningkatan hasil tanaman dan pendapatan petani.
Perusahaan analisis data berbasis India, Market Research Future, pasar pertanian antariksa global akan melonjak dari dari US$ 4,99 miliar tahun ini menjadi US$ 11,51 miliar pada 2032.
Cina memiliki pangsa pasar terbesar. Meski begitu, pertumbuhan pertanian di India sektor ini dinilai akan lebih cepat di Asia-Pasifik.
Salah satu startup pertanian asal Indonesia, yakni ARIA memiliki tujuan meningkatkan efisiensi, produktivitas, serta hasil panen melalui penggunaan drone dan solusi Internet of Things atau IoT. ARIA juga menyediakan pencegahan dan prediksi solusi agrikultura kepada para petani dan perkebunan skala besar.