Mengenal Bos TikTok dan ByteDance Zhang Yiming, Orang Terkaya di Cina

https://www.sem.tsinghua.edu.cn/
Zhang Yiming
Penulis: Desy Setyowati
13/9/2024, 15.18 WIB

Pemilik induk usaha TikTok yakni ByteDance Zhang Yiming menjadi orang terkaya di Cina, menurut Forbes Real-Time Billionaires List. Kekayaannya diperkirakan US$ 45,6 miliar atau Rp 702 triliun (kurs Rp 15.421 per dolar AS).

Zhang Yiming menggeser posisi pemimpin perusahaan minuman raksasa Nongfu Spring Zhong Shanshan yang memiliki kekayaan US$ 43,3 miliar atau Rp 667 triliun, menurut perkiraan Forbes.

Kekayaan Zhang Yiming terus melonjak dari US$ 7,4 miliar pada 2018 menjadi US$ 17 miliar pada 2019, menurut data Bloomberg. Nilainya bahkan mencapai US$ 65,9 miliar pada 2021.

Zhang Yiming mundur dari jabatannya sebagai CEO di ByteDance pad 2021. Pria berusia 40 tahun ini memperoleh kekayaan bersih dari kepemilikan saham di induk usaha TikTok, ByteDance.

Valuasi ByteDance US$ 217 miliar, berdasarkan wawancara analis dan data platform perdagangan tempat investor dapat membeli dan menjual saham di perusahaan yang tidak terdaftar secara publik. Nilainya turun dibandingkan posisi puncak lebih dari US$ 400 miliar pada 2021, karena ketegangan geopolitik dan kemerosotan saham teknologi.

Dikutip dari Bloomberg, Zhang Yiming lahir pada 1 Januari 1983 di provinsi Fujian, Cina. Dia dibesarkan di kota tenggara Longyan. Ia merupakan satu-satunya putra pegawai negeri di daerah tersebut.

Menurut Net Worth, Zhang Yiming memulai studi di Universitas Nankai di Tianjian dengan mengambil jurusan mikroelektronika pada 2001. Ia kemudian beralih menekuni bidang rekayasa perangkat lunak atau software dan lulus pada 2005.

Setelah lulus, ia merintis karier dengan bekerja di situs perjalanan Kuxun.com, yang kemudian diakuisisi oleh Tripadvisor. Zhang Yiming bekerja sebentar di raksasa teknologi Microsoft dan keluar pada 2008.

Zhang Yiming kemudian memproduksi aplikasi sendiri dan mendirikan beberapa startup, termasuk portal pencarian real estate 99fang.com pada 2009. Sampai akhirnya, Zhang Yiming membangun ByteDance pada 2012 dengan produk inti Tautiato yakni aplikasi agregasi berita.

Tautiato bersaing dengan aplikasi penawaran berita Baidu, yang disematkan dengan iklan.

Tautiato menjadi salah satu media populer di Cina pada 2016 dengan pengguna harian 78 juta. Jumlahnya kian bertambah hingga menyentuh 120 juta pengguna per September 2017.

Sequoia Capital menginvestasikan US$ 100 juta di ByteDance pada 2014. ByteDance pun meluncurkan TikTok pada 2016. Jumlah pengguna TikTok per awal tahun ini sebagai berikut:

Jumlah pengguna TikTok secara global per awal 2024 (Databoks Katadata)

Akan tetapi, induk usaha TikTok ByteDance sedang berjuang di Mahkamah Agung Amerika atas perintah larangan atau divestasi yang ditandatangani oleh Presiden AS Joe Biden pada April.

Perintah tersebut memberi perusahaan Cina tersebut waktu hingga Januari 2025 untuk menjual TikTok di Amerika. Hal ini karena parlemen AS berpendapat bahwa kepemilikan ByteDance atas TikTok menimbulkan risiko keamanan nasional.

Di tengah ketidakpastian tersebut dan prospek IPO yang suram, beberapa investor ByteDance seperti perusahaan ventura milik miliarder Philippe Laffont, Coatue Management, dilaporkan mempertimbangkan untuk menjual sebagian saham mereka di pasar swasta.

Laffont telah meninggalkan dewan direksi ByteDance dan digantikan oleh miliarder Xavier Neil, yang memiliki raksasa telekomunikasi Prancis Iliad.

Meskipun menghadapi tantangan di luar negeri, bisnis domestik ByteDance berjalan relatif baik. Salah satu pendiri dan CEO broker-dealer Rainmaker Securities yang berbasis di AS Glen Anderson mengatakan, bisnis Cina yang sangat menguntungkan menjadi alasan investor tidak mengabaikan ByteDance setelah Joe Biden menandatangani perintah larangan atau divestasi.

ByteDance dilaporkan meningkatkan penjualan dari US$ 80 miliar pada 2022 menjadi $120 miliar tahun lalu. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA melonjak menjadi lebih dari US$ 40 miliar dari US$ 25 miliar pada 2022, menurut laporan Bloomberg.

Perusahaan tersebut menghasilkan pendapatan dari iklan digital yang dipasang di aplikasi mirip TikTok di Cina yakni Douyin, yang memiliki lebih dari 700 juta pengguna aktif harian di dalam negeri.