Penipuan finansial terbesar di Asia, termasuk Indonesia yakni praktik personifikasi atau impersonator, menurut analisis Interpol Global Financial Fraud Assessment pada Maret 2024.
“Para penjahat pura-pura mengaku sebagai tokoh masyarakat yang memberi giveaway atau hadiah,” kata VP Financial Service Risk Management DANA Fath Ade Surya dalam acara Dialog DANA: Bersinergi Menjaga Keamanan dari Kejahatan Siber, di kantornya, Jakarta, Kamis (26/9).
Di Amerika, modus penipuan yang paling banyak dilakukan yakni advanced payment fraud. Pelaku bertindak sebagai penjual atau pembeli. Mereka mnipu dengan cara tidak membayarkan uang muka atau tak mengirimkan barang meski kosumen sudah membayar.
Modus penipuan terbesar di Afrika yakni kencan dan Eropa email bisnis palsu.
Sementara itu, sektor yang paling banyak diincar penjahat siber yaitu social networking (55,17%), finansial (30,2%), dan gim (10,1%).
Riset Center for Digital Society di Universitas Gadjah Muda pada 2022 juga menyebutkan, 91,2% penipuan finansial terbanyak berkedok hadiah. Studi ini berdasarkan 1.671 responden yang pernah menerima pesan penipuan digital.