Hari terakhir COP27 di Sharm el Sheikh, Mesir dibayangi ancaman kegagalan memperoleh kesepakatan. Dari 33 agenda yang menjadi pembahasan, hanya sembilan dokumen yang sudah berhasil disepakati. 

Pada Jumat (18/9) pukul 09.00 pagi  waktu setempat, Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) mempublikasikan draf dokumen kesepakatan (Cover Text) hasil negosiasi selama dua pekan terakhir. Dokumen ini mengafirmasi kembali upaya menjaga suhu bumi di bawah 1,5 derajat celcius, sesuai Kesepakatan Paris. 

Dokumen 10 halaman itu tidak memuat banyak hal baru. Dokumen itu menyerukan untuk mempercepat transisi ke energi bersih, menghentikan PLTU batu bara, dan mendesak rencana iklim baru di 2023. Hal penting yang terkait dengan Indonesia adalah kebutuhan mendesak untuk mendorong pembiayaan iklim melalui skema REDD+.

Seperti diketahui, pekan lalu Pemerintah Indonesia baru saja mengamankan pembayaran awal senilai US$ 20,9 juta untuk proyek REDD+ di Kalimantan Timur. Proyek Bank Dunia akan menyediakan total pembayaran senilai US$ 110 juta yang akan dilunasi saat verifikasi selesai dilakukan.

Dokumen ini juga belum memuat soal kesepakatan ‘Loss and Damage’ yang jadi perdebatan panas di COP27. Salah satu negosiator negara berkembang yang ditemui Katadata bercerita, negara-negara maju masih belum mau berkomitmen menyediakan pendanaan untuk ‘Loss and Damage’.

Kendati demikian, kabar baik juga muncul pada Jumat pagi waktu setempat. Uni Eropa memasukkan proposal yang memuat potensi persetujuan untuk membentuk dana Loss and Damage. 

Vice Presiden Komisi Eropa Frans Timmerman mengatakan UE menyebut pihaknya telah mendengar aspirasi dari negara-negara G77 yang aktif mendorong pembentukan dana Loss and 

Damage. Namun menurutnya dibutuhkan waktu lama agar bisa menggalang dana tersebut. 

“Tapi karena mereka [G77] sangat menginginkan dana itu, kami setuju,” ujarnya.


Indonesia Tunggu Article 6

Sementara itu, pada Kamis (17/11) pukul 19.00 waktu setempat, Pemerintah resmi menutup Paviliun Indonesia di ajang COP27. Ketua Paviliun Indonesia sekaligus Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Agus Justianto mengatakan ada 66 sesi diskusi yang berhasil diselenggarakan di Paviliun Indonesia selama dua pekan terakhir. 

“Paviliun Indonesia dikunjungi sekitar 3.000 orang selama COP27,” ujarnya.

Penutupan Paviliun Indonesia di COP27 (Katadata)
 

Kendati banyak Paviliun telah menghentikan agendanya di hari terakhir COP27, perundingan masih terus berjalan. Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Lhaksmi Dewanti mengatakan perundingan terkait ‘Article 6’ Kesepakatan Paris masih terus dibahas hingga larut malam. Article 6 yang memuat soal ketentuan perdagangan karbon menjadi salah satu hasil COP27 Mesir yang paling ditunggu Pemerintah Indonesia.

“Article 6 masih terus dibahas. Ini saya mau ke sana [ruang negosiasi],” kata Lhaksmi, kepada Kadatada, Kamis malam.

Pada hari terakhir COP27 ini, perundingan kemungkinan akan berlanjut hingga Sabtu dini hari. Belajar dari pengalaman COP sebelumnya, sangat jarang sekali perundingan bisa selesai sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Sebagian besar penyelenggaraan COP harus molor untuk menyelesaikan negosiasi. Pada COP27 di Mesir ini, kemungkinan itu terbuka lebar. 

Reporter: Rezza Aji Pratama