Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti mengatakan Indonesia akan memperkenalkan program perbaikan kualitas air Sungai Citarum dalam World Water Forum ke-10 di Bali, pada Mei 2024. Citarum Harum akan menjadi proyek percontohan mengenai upaya pembersihan sungai yang dahulu dikenal sebagai sungai terkotor di dunia.
Sejak 2018, berbagai program telah dibuat untuk membersihkan Sungai Citarum dari limbah. "Jadi, ada program Citarum Harum sejak 2018 yang merupakan upaya khusus. Sungai Citarum dulu terkenal dengan the dirtiest river in the world,” kata Nani dalam Konferensi Pers Road to 10th World Water Forum: Water Security and Prosperity, Selasa (9/1).
Oleh karena itu, upaya terus dilakukan untuk membuat Citarum kembali bersih lewat program Citarum Harum. Program tersebut menitikberatkan pada pemulihan ekosistem DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum, meliputi pemulihan kualitas air, penertiban tata ruang, pemanfaatan sumber daya air, dan lain-lain.
Nani mengatakan kini Sungai Citarum sudah dinyatakan tercemar ringan. Kualitas air Citarum mulai membaik dengan Indeks Kualitas Air (IKA) 51,01.
“Jadi sudah ditahap pencemaran ringan dan kita akan terus meningkatkan sampai nanti angkanya itu kalau tidak salah di IKA 51. Jadi ini ada target indeksnya,” kata Nani.
Menurut data Direktorat Bina Operasional Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada 2018, Sungai Citarum dinyatakan tercemar berat setara dengan IKA 33,43. “Sekarang, Sungai Citarum sudah berubah. Jadi, upaya ini melibatkan stakeholders di lapangan dan TNI yang banyak membantu,” katanya.
Progress Pemulihan DAS Sungai Citarum
Kondisi hilir Sungai Citarum terutama di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, terpantau membaik ditandai tingkat pencemaran yang mulai berkurang meskipun air masih tetap berwarna cokelat. Ketua Harian Save Kali Cikarang Dedi Kurniawan mengatakan perubahan ke arah yang lebih baik ini tidak terlepas dari kesuksesan program Citarum Harum yang mampu merevitalisasi kondisi sungai termasuk di wilayah hilir.
"Namun, persoalan Sungai Citarum tidak sebatas kondisi air. Revitalisasi harus juga menyentuh daerah aliran sungai yang kerap tergerus lantaran derasnya air. Jadi, kalau diperhatikan, DAS atau water side ini juga harus ikut direvitalisasi. Kalau terus tergerus, bisa mengakibatkan dataran berkurang dan sedimentasi meninggi," kata Dedi seperti dikutip dari Antara, Selasa (9/1).
Namun, Dedi mengatakan masih ditemukan limbah industri dan rumah tangga terbawa aliran Sungai Cilemahabang yang melintasi sejumlah kawasan industri. Kemudian, aliran Sungai Cilemahabang itu bercampur dengan Sungai Citarum.
"Jadi, akan lebih baik jika turut menindak pelaku pencemaran. karena jika revitalisasi dari Citarum Harum ini sudah baik, akan kembali tercemar jika pembuangan limbah dibiarkan," ucapnya.
Dedi berharap pada akhir program Citarum Harum, pemerintah tidak lepas tangan dengan perawatan Citarum. Bila perlu, program serupa kembali digulirkan hingga Citarum benar-benar pulih secara fisik, termasuk perilaku masyarakat.