Jejak Harimau Jawa Ditemukan Setelah Dinyatakan Punah 40 Tahun Lalu

ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.
Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) berendam dikandangnya di Solo Zoo Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ), Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/4/2021). Data populasi harimau Sumatera di Indonesia berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebanyak 600-an ekor dan berstatus mengkhawatirkan akibat tingginya perusakan hutan dan perburuan liar satwa dilindungi tersebut.
26/3/2024, 08.46 WIB

Ilmuwan melakukan serangkaian uji DNA terhadap sampel rambut harimau yang ditemukan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada 19 Agustus 2019. Hasil uji DNA tersebut memantapkan keyakinan para ilmuwan tentang keberadaan harimau jawa.

 Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Wirdateti, mengatakan hasil perbandingan antara sampel rambut harimau di Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan harimau sumatera dan 96,87 persen dengan harimau benggala.
 
"Sedangkan spesimen harimau jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) memiliki 98,23 persen kemiripan dengan harimau sumatera,” ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Senin (26/3).
 
Selain menemukan sampel rambut, bekas cakaran mirip harimau juga ditemukan di lokasi tersebut.
 
Wirdateti mengatakan hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut harimau sukabumi dan spesimen harimau koleksi Museum Zoologicum Bogoriense berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok sub-spesies harimau lain.
 

Sampel rambut harimau tersebut juga masih berada dalam kelompok yang sama dengan sampel macan tutul jawa yang diperoleh dari spesimen Museum Zoologicum Bogoriense.

Menurutnya, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi.

Para ilmuan lantas merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.
 
Ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.
 
"Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank," kata Wirdateti.
 
Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro. Semua urutan nukelotida dugaan harimau jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI).


Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA.

Dinyatakan Punah 40 Tahun Lalu

 Harimau jawa yang bernama latin Panthera tigris sondaica merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Aktivitas perburuan dan perubahan tata guna lahan membuat keberadaan spesies kucing terbesar itu menghilang.

Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan harimau jawa telah punah sejak 1980-an.

Penampakan terakhir harimau jawa terkonfirmasi di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada tahun 1976. Adapun saat ini hanya harimau sumatera yang bernama latin Panthera tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia.

Meski sampel rambut dan cakaran ditemukan di Sukabumi Selatan, namun ilmuwan masih belum berani menyatakan harimau jawa ada di alam liar karena kondisi tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.
Reporter: Antara