Jemaah Haji Meninggal Tembus 1.000 Orang, Dipengaruhi Panas Ekstrem

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.
Jamaah haji melakukan tawaf ifadah mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis (20/6/2024). Jamaah haji melakukan tawaf ifadah yang menjadi rukun haji usai melakukan wukuf di Arafah dan lempar jamrah di Jamarat.
24/6/2024, 07.57 WIB

Jumlah kematian akibat ibadah haji tahun ini telah melebihi 1.000 orang. Kematian tersebut dipengaruhi oleh cuaca panas ekstrem yang terjadi di Arab Saudi.

Dikutip dari AFP, sekitar 10 negara telah melaporkan 1.081 kematian selama ibadah haji. Tahun ini, ibadah haji jatuh selama musim panas di Arab Saudi.

Pusat meteorologi nasional melaporkan suhu tertinggi di Masjidil Haram mencapai 51,8 derajat Celcius  minggu ini. Sebuah penelitian di Saudi yang diterbitkan bulan lalu menunjukkan bahwa suhu di wilayah tersebut meningkat 0,4 derajat Celcius setiap dekade.

Setengah dari jemaah haji tersebut diduga tidak terdaftar. Setiap tahunnya, puluhan ribu jemaah mencoba untuk mengikuti ibadah haji melalui jalur tidak terdaftar karena mereka tidak mampu membayar izin resmi yang seringkali mahal.

Pihak berwenang Saudi melaporkan telah mengeluarkan ratusan ribu jemaah haji yang tidak terdaftar dari Mekkah pada bulan ini. Namun tampaknya masih banyak yang berpartisipasi dalam ibadah haji utama yang dimulai Jumat lalu.

Kelompok ini lebih rentan, karena tanpa izin resmi mereka tidak bisa mengakses ruang ber-AC yang disediakan untuk 1,8 juta jamaah resmi untuk mendinginkan diri.

"Orang-orang lelah setelah dikejar oleh pasukan keamanan sebelum hari Arafah. Mereka kelelahan," kata seorang diplomat Arab dikutip AFP, Senin (24/6).

Diplomat tersebut mengatakan penyebab utama kematian di kalangan jemaah haji adalah cuaca panas, yang memicu komplikasi terkait tekanan darah tinggi dan masalah lainnya.

Jamaah Indonesia

Sementara jumlah jemaah Indonesia yang meninggal sebanyak 183 orang dari sekitar 240.000 jamaah. Jumlah itu turun dibandingkan dengan 313 kematian yang tercatat pada tahun lalu.

Kematian juga telah dikonfirmasi di Malaysia, India, Yordania, Iran, Senegal, Tunisia, Sudan dan wilayah otonomi Kurdistan di Irak. Dalam banyak kasus, pihak berwenang belum merinci penyebabnya.

Teman dan kerabat telah mencari jemaah haji yang hilang, menjelajahi rumah sakit dan mencari berita secara online, karena khawatir akan kemungkinan terburuk.

Dua diplomat mengatakan kepada AFP pada hari Kamis bahwa pihak berwenang Saudi telah memulai proses penguburan jemaah haji yang meninggal. Jenazah telah dibersihkan dan didungkus kain kafan untuk dikebumikan.

"Penguburannya dilakukan oleh otoritas Saudi. Mereka punya sistemnya sendiri, jadi kami ikuti saja," kata seorang diplomat, yang mengatakan negaranya berupaya memberi tahu orang-orang tercintanya sebaik mungkin.

Diplomat lainnya mengatakan, mengingat banyaknya korban jiwa, mustahil untuk memberi tahu banyak keluarga sebelumnya, terutama di Mesir yang merupakan negara dengan banyak korban tewas.

Kementerian luar negeri Yordania mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintah Saudi telah memberikan 68 izin bagi jamaah haji Yordania untuk dimakamkan di Mekah.

Enam belas warga Yordania masih hilang dan 22 orang dirawat di rumah sakit, termasuk tujuh orang yang berada dalam kondisi kritis, kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan.

Arab Saudi belum memberikan informasi mengenai korban jiwa, meskipun melaporkan lebih dari 2.700 kasus “kelelahanakibat panas” pada hari Minggu (23/6).