Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mencatat sebanyak 195,5 juta jiwa masyarakat di Indonesia berada di kawasan rawan bencana (KRB) akibat aktivitas geologi. Jumlah itu mencapai sekitar 70 persen dari jumlah masyarakat Indonesia yang mencapai 282 juta jiwa.
Kepala PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM, P. Hadi Wijaya, mengatakan Indonesia terletak di persimpangan empat lempeng tektonik utama, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Filipina. Posisi ini menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap aktivitas geologi seperti gempa bumi, erupsi gunung api, gerakan Tanah dan tsunami. Dalam setahun, tercatat lebih dari 800 kejadian gerakan tanah di Indonesia.
Hadi mengatakan, posisi Indonesia yang kompleks secara geografi dan aktivitas geologi berdampak terhadap luasnya kawasan rawan bencana (KRB) yang melingkupi 195,9 juta jiwa. Berdasarkan updating peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT), terdapat 40,9 juta jiwa terdampak.
"Hal ini diperlukan mitigasi dan kesiapsiagaan semua pihak dengan masuknya musim hujan saat ini," ujar Hadi dikutip dari keterangan tertulis, Senin (7/10).
Dia mengatakan, mitigasi bencana geologi dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan pendidikan dan kesadaran masyarakat melalui kampanye dan pelatihan, membangun infrastruktur yang tahan bencana, pengelolaan resiko bencana serta peringatan dini.
"Melalui pendekatan yang terstruktur dan holistik, Indonesia dapat lebih baik dalam mengantisipasi dan menghadapi tantangan bencana geologi, sehingga mengurangi kerugian dan melindungi masyarakat," ujarnya.
Penyelidik Bumi Utama PVMBG, Supartoyo, mengatakan letak Indonesia yang berada di antara empat lempeng tektonik utama berdampak pada adanya 127 gunung api aktif. Sebanyak 69 gunung aktif di antaranya dipantau selama 24 jam oleh Badan Geologi KESDM melalui PVMBG.
"Ini merupakan jumlah terbanyak di dunia, dan lagi-lagi kita mendapatkan 'medali emas' untuk hal ini," ujar Supartoyo.
Ia mengatakan, Indonesia mencatat sekitar 12-15% dari total kejadian gempa bumi di dunia sejak tahun 2000 hingga 2024, Gempa bumi di Indonesia menyumbang sekitar 12 hingga 15% dari seluruh kejadian gempa dunia. Dalam periode tersebut, Indonesia mengalami antara 5 hingga 29 kejadian gempa bumi merusak setiap tahunnya.
"Gempa bumi merusak adalah gempa yang mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan kerusakan geologi permukaan," ujarnya.
Selain gempa bumi, Indonesia juga mengalami 18 kejadian tsunami dalam 29 tahun terakhir. Sedangkan gerakan tanah yang terjadi di Indonesia mencapai lebih dari 800 kejadian setiap tahunnya, sebagian besar dipicu oleh curah hujan tinggi, kemiringan lereng, dan litologi satuan batuan meskipun beberapa di antaranya juga disebabkan oleh gempa bumi.
"Kita memiliki sejarah tsunami dengan tinggi rendaman yang signifikan, seperti yang terjadi di Aceh. Yang menarik, sumber tsunami di Indonesia tidak hanya berasal dari zona megathrust, tetapi juga dari zona non-tektonik lainnya seperti erupsi gunung api," ungkapnya.