Ilmuwan Korea Selatan baru saja mencetak rekor dunia dengan menghasilkan matahari buatan alias plasma bersuhu tinggi selama 20 detik. Perangkat fusi nuklir garapan Korea Superconducting Tokamak Advance Research (KSTAR) ini berhasil mencapai suhu 100 juta derajat Celcius.
Melansir dari situs Science Alert, KSTAR memakai medan magnet untuk menghasilkan dan menstabilkan plasma ultra-panas. Dari sinilah kemudian muncul daya fusi nuklir, yang berpotensi dimanfaatkan menjadi energi baru tak terbatas.
Matahari buatan Korea Selatan ini menyala lebih lama dari buatan Tiongkok. Sebelumnya, tak ada yang berhasil membuatnya bersinar lewat dari 10 detik. “Teknologi yang dibutuhkan untuk plasma 100 juta derajat Celcius adalah kunci realisasi energi fusi,” kata fisikawan nuklir dan direktur KSTAR Si-Woon Yoon, Selasa (29/12).
Para ilmuwan berhasil melakukan peningkatan mode internal transport barrier atau ITB. Mode ini membantu mengontrol pengurungan dan stabilitas reaksi fusi nuklir sehingga dapat menyala lebih lama.
KSTAR menggunakan reaktor nuklir yang menggabungkan inti atom untuk menghasilkan energi dalam jumlah besar. Perangkat fusinya memakai isotop hidrogen untuk menciptakan keadaan plasma ion dan elektron terpisah dan siap dipanaskan. Reaksi ini serupa dengan cara kerja matahari.
Metode tersebut berlawanan dengan teknologi pembangkit nuklir saat ini. Teknologi pembangkit biasanya adalah fisi nuklir alias memisahkan inti atom.
Untuk menstabilkan kerja matahari buatan masih membutuhkan proses yang panjang dan rumit. Para ilmuwan harus memecahkan lebih banyak rekor agar fusi nuklir menghasilkan lebih banyak energi dan sedikit limbah. Kehadirannya dapat menggantikan posisi bahan bakar fosil yang mendominasi dunia saat ini.
KSTAR pertama kali menembu batas 100 juta derajat Celcius pada 2018. Setahun kemudian suhu fusi nuklirnya bertahan selama 8 detik.
Pada 2025, para ilmuwan menargetkan akan mencapai angka 100 juta derajat Celcius untuk jangka waktu 300 detik. “Keberhasilan KSTAR dalam operasi suhu tinggi membawa kita selangkah lebih dekat ke pengembangan energi fusi nuklir,” kata fisikawan nuklir Universitas Nasional Seoul Yong-Su Na.
Matahari Buatan ala Tiongkok
Reaktor HL-2M Tokamak merupakan reaktor terbesar dan tercanggih dalam eksplorasi fusi nuklir buatan Tiongkok. Melansir Phys.org, para ilmuwan di sana berharap cara ini dapat membuka kunci terhadap sumber energi yang kuat dan bersih.
Tiongkok memakai medan magnet sangat kuat untuk digabung dengan plasma panas. Teknologinya dapat menghasilkan suhu hingga 150 derajat Celcius. Angkanya sekitar 10 kali lipat lebih panas daripada matahari yang berada di pusat tata surya.
Lokasi reaktornya berada di bagian barat daya Provinsi Sichuan. Instalasi dan fasilitasnya telah tuntas sejak tahun lalu. Namun, proyeknya sudah berjalan sejak 2006. Mengutip dari South China Morning Post, HL-2M Tokamak diproyeksi dapat beroperasi komersil pada 2050.
Reaktor buatan Tiongkok akan menyumbang bantuan teknis dalam proyek International Thermonuclear Experimental Reactor atau ITER. Melansir World Nuclear News, reaktor yang berada di Prancis ini mencapai diameter 30 meter dan berat 23 ribu ton.
Tak hanya Tiongkok dan Korea, negara lainnya yang bergabung dalam proyek fusi nuklir internasional ini adalah Prancis, Amerika Serikat, India, Jepang, Rusia, dan Uni Eropa. Pengujian plasmanya akan berlangsung pada 2025 dan beroperasi pada 2035.
Penyumbang bahan: Ivan Jonathan (magang)