ESDM Ungkap Tantangan Implementasi B35, dari Kilang hingga Distribusi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Tampak area Refinery Unit V Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur (22/7).
31/1/2023, 18.43 WIB

Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan program biodiesel B35 tahun ini melalui peningkatan akomodasi logistik dan fasilitas pencampuran minyak sawit dengan BBM solar.

Fasilitas kilang menjadi sorotan karena dinilai belum mampu untuk mengoptimalkan proses pencampuran, salah satunya pada proyek pengembangan kilang Balikpapan di Kalimantan Timur yang berjalan lambat.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana, mengatakan bahwa pencampuran biodiesel di Balikpapan masih dilakukan secara terapung lewat kapal-kapal tanker. Hal ini dinilai menimbulkan risiko keamanan dan lingkungan yang tinggi ketimbang pencamburan di darat melalui kilang.

"Masih ada tantangan sampai sekarang, misalnya pencampuran di wilayah Balikpapan. Sekarang masih mencampurkan dari kapal ke kapal," kata Dadan saat menjadi pembicara di Energy Corner Special B35 Implementation pada Selasa (31/1).

Dadan melanjutkan, pencampuran biodiesel B35 di Balikpapan masih akan dilakukan lewat kapal karena pengembangan Kilang Balikpapan masih belum rampung.

Proyek pengembangan kilang Balikpapan ditarget rampung pada 2024. "Karena ini ini belum siap untuk hal tersebut, maka pencampuran di kapal masih kami lakukan pada tahun ini," ujar Dadan.

Pengembangan kilang minyak memang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak awal masa pemerintahannya pada 2014.

Proyek-proyek kilang tersebut yakni perluasan kapasitas Kilang Balongan, ekspansi Kilang Balikpapan, revitalisasi Kilang Cilacap, penambahan kapasitas Kilang Plaju dan perluasan kapasitas Kilang Dumai. Dari sejumlah proyek kilang tersebut, baru proyek pengembangan Kilang Balongan yang sudah selesai sejak Mei 2022.

Sementara itu, diperlukan pendanaan hingga US$ 7,24 miliar untuk memperluas kapasitas pengolahan Kilang Balikpapan menjadi 360 ribu barel per hari dari sebelumnya 260 ribu barel per hari.

Proyek pembangunan infrastruktur terbesar Pertamina ini juga bertujuan meningkatkan kompleksitas kilang dalam mengoptimalkan penggunaan bahan baku dan menghasilkan produk olahan migas berkualitas tinggi.

Selain faktor kilang, Dadan juga mendorong para produsen biodiesel untuk membangun fasilitas pencampuran di wilayah Papua. Hal itu dinilai bisa meningkatkan capaian sebaran biodiesel domestik.

"Di Papua ada kebun sawit dan ada pabrik biodiesel di sana. Dari segi logistik ini akan lebih membantu untuk pengiriman di wilayah timur," kata Dadan.

Dadan juga menyampaikan bahwa dari sisi produksi, kapasitas produksi biodiesel telah mencukupi untuk menjalankan implementasi B35. "Memang waktu awal kami rencanakan B40 itu tidak cukup. Jadi, kebijakan menjadikan B35 ini memang kebijakan yang paling pas dari sisi suplai biodiesel," kata Dadan.

Selanjutnya dari sisi distribusi, dia berharap nantinya tidak terjadi B0 di lapangan. "Target kami adalah memastikan bahwa tidak terjadi B0. B0 itu artinya bahwa di lapangan itu tidak dicampur biodieselnya karena misalnya biodieselnya telat datang, ini kami hindari untuk hal tersebut," tuturnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu