Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap sejumlah hambatan dalam upaya mengeksploitasi potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Indonesia. Dia mengatakan, pengembangan PLTAbelum optimal karena ketersediaan transmisi dari sumber produksi ke wilayah pengguna masih terbatas.
“Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan, salah satunya terkait lokasi sumber hydropower yang posisinya jauh dari pusat kebutuhan listrik,” kata Jokowi saat membuka Forum World Hydropower Congress yang disiarkan oleh Youtube Sekretariat Presiden pada Selasa (31/10).
Selain itu, Indonesia juga menemui sejumlah kendala mengenai aspek pendanaan dan alih teknologi. Menurut Jokowi, keduanya membutuhkan investasi yang padat modal serta membutuhkan kolaborasi dengan seluruh ekosistem PLTA dunia.
Pemerintah telah bersiap dengan menerbitkan rancangan proyek jaringan listrik antarpulau lewat kolaborasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan PLN. Proyek yang kerap disebut sebagai jaringan super grid ini diharapkan bisa memaksimalkan potensi listrik energi terbarukan yang berasal dari lokasi terpencil.
“Indonesia telah membuat blue print percepatan jalur transmisi dari lokasi hydropower menuju pusat pertumbuhan ekonomi dan industri,” ujar Jokowi.
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan perseroan menghadapi ketimpangan antara sumber tenaga listrik dan beban dasar. Ini karena pasokan listrik energi terbarukan yang berada di lokasi terpencil belum mampu disalurkan ke daerah dengan tingkat permintaan setrum tinggi seperti di Jawa.
"Saat ini di Sumatera dan Jawa transmisinya tidak tersambung. Kalimantan ke Jawa tidak terhubung. Jadi perlu membangun jalur transmisi yang ramah lingkungan," kata Darmawan saat menjadi pembicara di ASEAN Indo-Pasific Forum (AIPF) di Hotel Mulia Jakarta pada Rabu (9/6).
Beberapa rencana pengadaan jaringan super grid sudah masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN. Jaringan listrik antar pulau yang sudah dicantumkan dalam RUPTL yakni, interkoneksi listrik Sumatera dan Bangka Belitung dengan kapasitas 150 kilovolt (kV) pada tahun 2022.
Selanjutnya, ada interkoneksi Kalimantan berkapasitas 150 kV pada 2023 dan interkoneksi wilayah Tambu, Sulawesi Bagian Utara hingga Bangkir, Sulawesi Bagian Selatan yang akan beroperasi pada 2024.