PT Inalum mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan memanfaatkan aliran Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Sumatera Utara. Perusahaan yang menjadi bagian BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID ini akan meningkatkan kapasitas PLTA tersebut yang berpotensi menambah pasokan listrik sebesar 40-50 Megawatt (MW).

Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf, mengatakan pembangunan PLTA tersebut merupakan upaya untuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Ini menjadi salah satu pilar strategi perusahaan dalam menjaga keberlangsungan lingkungan.

“Hal ini tentunya juga untuk mendukung pencapaian net zero emission (NZE) yang dicanangkan pemerintah pada 2060, ini menjadi tugas bersama untuk mencapainya,” ujar Heri melalui keterangan resmi, Rabu (29/11). 

Heri mengatakan, listrik merupakan komponen penting dalam proses produksi aluminium, yang membutuhkan 14.000 Kilowatt per hour (kWh) per ton aluminium. Untuk itu, PT Inalum membangun PLTA untuk menambah pasokan listrik dari energi bersih. 

PT Inalum memiliki tiga buah bendungan dan dua PLTA yang disebut juga dengan Proyek Asahan 2. Tiga bendungan itu adalah Bendungan Pengatur, Bendungan Siguragura dan Bendungan Tangga. Sementara dua PLTA tersebut adalah PLTA Siguragura dan PLTA Tangga.

Inalum Naikkan Kapasitas PLTA

Menurut dia, fasilitas PLTA memiliki peran penting dalam memasok energi listrik untuk kelangsungan produksi di Pabrik Peleburan Aluminium di Kuala Tanjung. PLTA milik Perseroan memiliki kapasitas maksimum 603 MW terdiri dari 286 MW pada PLTA Siguragura dan 317 MW pada PLTA Tangga.

Menurut Heri, keberadaan PLTA tersebut menyeimbangkan keluarnya emisi karbon yang dihasilkan kegiatan operasi Inalum. Dia mencatat emisi jejak karbon Inalum saat ini mencapai 4 kilogram karbon dioksida (CO2) per ton aluminium. Jumlah tersebut akan ditekan sehingga pada 2024 bisa mendapatkan sertifikat green product di pasar global.

Heri mengungkapkan, Inalum mencanangkan pertumbuhan kapasitas produksi dari 250.000 hingga 300.000 ton per hari pada 2026. Hal itu dilakukan untuk memenuhi permintaan di pasar.

Kenaikan kapasitas produksi yang signifikan tersebut tentu akan berdampak pada jejak karbon yang dihasilkan. Inalum pun telah menyiapkan sejumlah upaya untuk menyeimbangkan keluarnya emisi yakni pencegahan, pengurangan, dan mitigasi.

Heri mengatakan, upaya tersebut di antaranya penambahan kapasitas listrik dari pembangkit berbasis EBT PLTA Asahan 5 yang berpotensi menambah pasokan setrum 40-50 Megawatt (MW).

Selain itu, Inalum akan mengoptimasi pot control system untuk meningkatkan produksi tetapi menurunkan intensitas karbon. Pada rencana jangka panjang 2030-2060, Inalum akan menjalankan sejumlah agenda bisnis untuk efisiensi dari intensitas energi terhadap aluminium yang diproduksi.

Sedangkan upaya yang telah dilakukan adalah efisiensi energi di baking furnace di mana dapat menghemat solar 1.600 kilo liter per tahun. Kemudian, efisiensi air, konversi kendaraan listrik, pengurangan sampah dengan pengolahan kompos 51 ton pertahun.

Inalum juga melakukan konversi bahan bakar HSD ke LNG si Baking Plant A1, B1, danmengembangkan

 yang saat ini sudah cukup mengurangi emisi.

Reporter: Nadya Zahira