Pengusaha Semen: Teknologi untuk Pangkas Emisi Karbon Masih Mahal

ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Area pabrik Semen Indonesia di Gunem, Rembang, Rabu (22/3/2017).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
3/6/2024, 14.46 WIB

Asosiasi Semen Indonesia menargetkan industri semen nasional mencapai emisi nol bersih pada 2050. Komponen terbesar dalam pencapaian target tersebut adalah penggunaan teknologi penangkapan dan utilisasi karbon atau CCU.

Dalam paparan ASI, implementasi teknologi CCU dapat mengurangi emisi karbon dari industri semen hingga 60%. Angka tersebut diikuti dengan pengurangan penggunaan clinker dalam produksi semen hingga 22,1%.

Namun,  Sekretaris Jenderal ASI Ari Wirawan mengatakan implementasi CCU di industri semen nasional belum dapat menjamin keberlanjutan bisnis. Ini karena investasi teknologi CCU ditaksir serupa dengan pembangunan satu pabrik semen atau sekitar Rp 10 triliun.

"Saat ini teknologi CCU masih belum mature dan masih baru  di industri semen. Pabrik semen seluruh dunia masih mencari bentuk teknologi CCU yang cocok," kata Ari kepada Katadata.co.id, Senin (3/6).

Ari menyampaikan, sebuah pabrik semen di Jepang kini telah menggunakan teknologi CCU untuk mengurangi emisi karbon. Menurutnya, emisi karbon yang berkurang dari proses produksi pabrik tersebut baru mencapai 1%.

Oleh karena itu, teknologi CCU dijadwalkan baru diterapkan di industri semen nasional pada 2030. Penggunaan teknologi CCU diproyeksikan menjadi masif pada 2035 hingga 2050.

"Kami masih mencari teknologi mana yang sudah teruji, karena biasanya teknologi CCU tidak murah," ujarnya.

Ketua Umum ASI Lilik Unggul Raharjo mengatakan, baru sebagian kecil industri semen secara global yang menggunakan teknologi CCU. Teknologi tersebut digunakan atas bantuan pemerintah di masing-masing negara.

Oleh karena itu, Lilik mengatakan, strategi yang digunakan pabrik semen di dalam negeri untuk mengurangi emisi karbon adalah pengurangan rasio klinker dalam produksi semen. Lilik mencatat kini 70% semen yang diproduksi telah memiliki rasio clinker yang lebih rendah.

Demen ramah lingkungan kini hanya digunakan dalam pembangunan perumahan. Adapun semen dalam konstruksi infrastruktur masih menggunakan semen konvensional atau semen portland tipe I.

Lilik menyampaikan, setidaknya telah ada dua industri semen yang mengumumkan target pengurangan emisi karbon pada 2030, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk.

Indocement dan Semen Indonesia menargetkan emisi karbon yang dihasilkan perseroan berkurang hingga 27% pada 2030. Sebab, Indocement menargetkan penggunaan bahan bakar alternatif hingga 42%, sementara itu Semen Indonesia sebanyak 17%.

"Bahan bakar alternatif yang dimaksud adalah refuse derived fuel, sekam padi, dan limbah industri. Ini yang sudah dilakukan di beberapa pabrik semen nasional,"  katanya

Reporter: Andi M. Arief