Shoppertainment, Strategi Penjualan dengan Pangsa US$ 1 Triliun

Katadata/Desy Setyowati
Live streaming di TikTok dan Shopee
25/1/2023, 18.34 WIB

Awal tahun ini, dua sumber The Information menyebutkan nilai transaksi bruto atau GMV TikTok Shop mencapai angka US$ 4,4 miliar atau setara Rp 66,7 triliun sepanjang 2021. Meski angka ini lebih kecil dari GMV Shopee, Lazada, maupun Tokopedia, namun ada peningkatan drastis.

“Pengeluaran konsumen TikTok Shop di Asia Tenggara naik lebih dari empat kali lipat,” kata sumber tersebut (9/1).

Sebagai platform belanja dalam aplikasi TikTok, TikTok Shop banyak menggunakan strategi shoppertainment untuk menjajakan produknya. Beberapa strategi shoppertainment yang kerap digunakan mulai dari live selling hingga konten TikTok yang bercerita dan menghibur kemudian menyelipkan produk yang dijual. 

Tiktok berhasil menjadi platform live shopping favorit di Indonesia, menurut survei perusahaan e-logistik Ninjavan. Meski baru diluncurkan pada September 2021 lalu, 

Meski fitur berbelanja ini baru diluncurkan September 2021 lalu, TikTok berhasil menjadi platform live shopping favorit Indonesia, berdasar survei perusahaan e-logistik Ninjavan. TikTok berhasil menggaet 27,5% responden survei, sementara peringkat di bawahnya adalah Shopee dengan persentase 26,5%.

Di sisi lain, TikTok masih kalah dari Shopee dari sisi platform yang paling sering digunakan responden Asia Tenggara. Survei ini menjelaskan Shopee lebih sering digunakan 27% responden, kemudian Facebook di kisaran 25,5%, dan TikTok di urutan ketiga dengan porsi 22,5% sesuai Databoks berikut:

 

Apa Itu Shoppertainment?

Boston Consulting Group (BCG) bekerjasama dengan TikTok meluncurkan survei berjudul Shoppertainment: APAC’s Trillion-Dollar Opportunity. Survei ini menjelaskan shoppertainment adalah sebuah sistem perdagangan berbasis konten yang pada mulanya bertujuan untuk menghibur dan mendidik. 

“Sistem ini kemudian menciptakan pengalaman berbelanja yang menyeluruh, berkat adanya konten dan komunitas,” tulis survei tersebut. 

Meski begitu, penjualan langsung alias live selling tidak termasuk dalam konsep shoppertainment. Begitu juga konten lainnya yang secara eksklusif berfokus pada penjualan produk atau jasa, alih-alih hiburan. 

Adapun barang yang paling laku dijual dengan konsep shoppertainment di Asia Pasifik adalah pakaian dan aksesoris dengan porsi 18%. Begitu juga dengan produk kecantikan dan perawatan di kisaran 14%, serta makanan minuman (kecuali bahan makanan) di kisaran 13%. 

Istilah shoppertainment ini sesungguhnya bukan hal yang baru. Sebelum e-commerce ramai-ramai menggunakan fitur live streaming dan konten digital dalam konsep shoppertainment, perdagangan konvensional sudah memanfaatkan konsep tersebut. 

Salah satunya, dalam catatan Guardian, adalah pusat perbelanjaan Westgate Oxford pada 2017. Shoppertainment adalah realita baru dimana penjual tidak hanya fokus dalma menjual barang, namun juga bisnis pertunjukan. 

Menawarkan Pasar yang Besar

BCG memperkirakan nilai transaksi shoppertainment di Asia Pasifik adalah sekitar US$ 500 miliar. Meski begitu, konsep shoppertainment ini memiliki pangsa pasar besar sehingga BCG memproyeksikan nilainya akan bertambah dua kali lipat, mencapai US$ 1 triliun pada 2025 mendatang.  

Dari seluruh negara di kawasan Asia Pasifik, BCG menulis Indonesia adalah negara dengan pertumbuhan GMV shoppertainment tertinggi, dengan porsi 26%. Empat negara lainnya adalah Jepang (22%), Korea Selatan (22%), Thailand (12%), dan Australia (11%). 

Di Indonesia, e-commerce pertama yang memperkenalkan konsep shoppertainment adalah Lazada, dengan mengadakan live shopping di platform-nya. Fitur ini diluncurkan pada Maret 2019, bertepatan dengan hari jadi Lazada yang ke-7. 

CEO Lazada Group, Pierre Poignant, menjelaskan shoppertainment efektif meningkatkan keterlibatan konsumen. Akhirnya, peluang untuk bertransaksi pun semakin besar. Berkat konsep tersebut, jumlah pesanan Lazada meningkat hingga 128% secara tahunan per Juni 2019. 

“Ini konsep yang benar-benar bagus,” katanya dalam temu media di Singapura, Oktober 2019.

Reporter: Amelia Yesidora