Apa itu Bullish dan Bearish? Ini Penjelasannya

Unsplash
Ilustrasi, pergerakan harga saham.
Penulis: Agung Jatmiko
14/8/2023, 13.40 WIB

Istilah bullish dan bearish merupakan dua istilah yang kerap didengungkan di pasar modal. Dua istilah ini menggambarkan kinerja pasar saham secara umum, yakni, apakah naik atau turun.

Secara umum, kondisi bullish menggambarkan pergerakan pasar saham sedang mengalami kenaikan. Sedangkan untuk bearish, pergerakan pasar saat ini sedang mengalami penurunan.

Untuk investor, pemahaman mengenai seluk-beluk bullish dan bearish sangat penting, karena akan berdampak pada portofolio investasi yang dimiliki. Jadi, penting untuk memahami bagaimana masing-masing kondisi pasar ini dapat memengaruhi investasi.

Nah, apa itu bullish dan bearish, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya? Simak ulasan singkat berikut ini.

Ilustrasi, pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.)

Pengertian Bullish dan Bearish

Mengutip Investopedia, bullish adalah kondisi pasar yang sedang naik daun dan di mana kondisi ekonomi umumnya menguntungkan. Sementara, bearish terjadi dalam kondisi pasar yang surut dan di mana sebagian besar saham di pasar modal menurun nilainya.

Karena pasar keuangan sangat dipengaruhi oleh sikap investor, istilah ini juga menunjukkan bagaimana perasaan investor tentang pasar dan tren ekonomi selanjutnya.

Bull market ditandai dengan kenaikan harga yang berkelanjutan, di mana dalam kasus pasar ekuitas, bullish menunjukkan kenaikan harga saham emiten. Pada saat seperti itu, investor sering memiliki keyakinan bahwa tren naik akan berlanjut dalam jangka panjang. Dalam skenario ini, ekonomi negara biasanya kuat dan tingkat lapangan kerja tinggi.

Sebaliknya, bear market adalah kondisi pasar yang sedang menurun. Sebuah pasar biasanya tidak dianggap sebagai pasar "bearish" kecuali telah turun 20% atau lebih dari level tertinggi. Pada bear market, harga saham terus turun.

Hal ini menghasilkan tren penurunan yang diyakini investor akan berlanjut. Keyakinan ini, pada gilirannya, mengabadikan spiral ke bawah. Selama bear market, ekonomi melambat dan pengangguran meningkat karena perusahaan mulai merumahkan pekerja.

Melansir laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penggunaan istilah bearish dimulai di Inggris pada abad ke-18. Istilah tersebut digunakan untuk mendeskripsikan seorang spekulan yang melakukan kontrak jual-beli sebuah aset yang belum sepenuhnya dimiliki. Spekulan tersebut berharap harga pasar aset tersebut jatuh agar mendapat keuntungan yang besar saat perjanjian jual-beli jatuh tempo.

Karakteristik Pasar Bullish dan Bearish

Ilustrasi, pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.)

Meskipun kondisi bull market atau bear market ditandai dengan arah harga saham, ada beberapa karakteristik penyerta yang harus diperhatikan oleh investor.

1. Penawaran dan Permintaan Efek

Di pasar bullish, ada permintaan yang kuat dan penawaran yang lemah untuk sekuritas. Dengan kata lain, banyak investor ingin membeli sekuritas tetapi hanya sedikit yang mau menjualnya. Akibatnya, harga saham akan naik karena investor bersaing untuk mendapatkan ekuitas yang tersedia.

Di pasar bearish terjadi kebalikannya, di mana lebih banyak orang ingin menjual daripada membeli. Permintaan secara signifikan lebih rendah dari penawaran dan, akibatnya, harga saham turun.

2. Psikologi Investor

Karena perilaku pasar dipengaruhi dan ditentukan oleh bagaimana individu memandang dan bereaksi terhadap perilakunya, psikologi dan sentimen investor mempengaruhi apakah pasar akan naik atau turun. Kinerja pasar saham dan psikologi investor saling bergantung. Di pasar yang berada dalam kondisi bullish, investor rela berpartisipasi dengan harapan memperoleh keuntungan.

Sementara, selama pasar berada dalam kondisi bearish, sentimen pasar negatif. Dalam pasar yang tengah bearish, investor mulai memindahkan uang mereka dari ekuitas dan ke sekuritas pendapatan tetap sambil menunggu pergerakan positif di pasar saham.

Singkatnya, penurunan harga pasar saham mengguncang kepercayaan investor. Hal ini menyebabkan investor menahan uang mereka dari pasar, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga secara umum karena arus keluar meningkat.

3. Perubahan Kegiatan Ekonomi

Karena bisnis yang sahamnya diperdagangkan di bursa adalah peserta dalam ekonomi yang lebih besar, pasar saham dan ekonomi sangat terkait. Bear market dikaitkan dengan ekonomi yang lemah.

Sebagian besar bisnis tidak dapat mencatat keuntungan besar karena konsumen tidak membelanjakan cukup banyak. Penurunan keuntungan ini secara langsung mempengaruhi cara pasar menghargai saham.

Sebaliknya, saat kondisi bull market investor memiliki lebih banyak uang untuk dibelanjakan dan bersedia membelanjakannya. Ini mendorong dan memperkuat ekonomi.