Produsen minuman beralkohol Cap Tikus, Jobubu Jarum Minahasa akan melakukan penawaran umum pada 30 Desember mendatang. Sebanyak 20% dari total sahamnya, atau setara 800 juta lembar saham akan ditawarkan ke publik dengan kode BEER.
Bergerak di produksi minuman beralkohol atau minol, Jobubu memiliki kapasitas total produksi alkohol full spectrum terbesar di Indonesia. Lebih lanjut prospektus perusahaan menjelaskan hanya ada empat perusahaan di Indonesia yang memiliki izin kapasitas produksi minol lebih dari 10 juta liter per tahun. Jobubu, dengan kapasitas produksi 90 juta liter, duduk di posisi kedua terbesar.
“Tapi karena yang terbesar hanya bisa produksi alkohol golongan A, maka Jobubu secara de-facto menjadi terbesar, jika mencakup seluruh golongan minol,” tulis prospektus perusahaan.
Tiga Jenis Produk Alkohol Jobubu
Dari berbagai sumber diketahui minuman keras khas Minahasa ini dikenal dengan nama Sopi. Namanya mulai berubah kala warga Minahasa yang sedang mengikuti pendidikan militer menemukan Sopi di botol biru bergambar ekor tikus. Kala itu, sebelum tahun 1829, Sopi dijual para pedagang Cina di Benteng Amsterdam, Manado. Pada 2015, minuman ini pun sudah masuk Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Meski minuman cap tikus sudah lama dikenal masyarakat, Jobubu baru berdiri sejak 2008. Perusahaan ini mematenkan minol legendaris tersebut dengan merek dagang Cap Tikus 1978. Untuk memproduksi minol, BEER memiliki pabrik di Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Cap Tikus 1978 masuk ke dalam alkohol golongan C dengan kadar alkohol 20% hingga 55%
Selain menjual Cap Tikus 1978, Jobubu pun mengembangkan soju, minol asal Korea Selatan, melalui kerjasama dengan Kim Taek-Song. Setahun berselang, barulah kedua minol ini mulai diproduksi. Varian pertama yang diproduksi adalah Cap Tikus 1978 rasa kopi, sementara soju dijual dengan merek dagang Daebak Soju varian extra cold. Daebak Soju ini masuk dalam alkohol golongan B dengan kadar alkohol 5% hingga 20%
Dari 2020 hingga 2021, perseroan menambahkan berbagai varian rasa untuk produk Daebak Soju hingga memiliki tujuh varian. Akhirnya pada 2022, perusahaan memperoleh izin BPOM untuk produk terbarunya, Daebak Spark, untuk kemudian diluncurkan pada Oktober 2022. Minol terbaru ini akan memiliki empat varian rasa. Minol terakhir inilah yang masuk dalam golongan A, yakni minol dengan kadar alkohol 0-5%.
Berhasil Menembus Pasar Jawa
Melalui afiliasi dengan Jobubu Suksesraya Distribusi, ketiga produk BEER ini tersebar di 23 provinsi melalui 20.000 outlet, hingga Mei 2022. Dalam prospektus perusahaan diketahui penyebaran produk BEER pun cukup merata di Jawa dan luar Jawa, meski pabrik utama berada di Minahasa.
Hingga Mei 2022, BEER membukukan penjualan sebanyak Rp 26,2 miliar dari Daebak Soju dan Cap Tikus 1978. Sebanyak 50,29% produk BEER dijual di Jawa, atau senilai Rp 13,18 miliar dan 49,7% atau senilai Rp 13,01 miliar diperoleh dari penjualan di luar Pulau Jawa.
Setelah dikurangi dengan berbagai biaya, BEER berhasil membukukan laba sebanyak Rp 6,7 miliar pada Mei 2022. Angka ini meningkat dua kali lipat dari periode yang sama di tahun sebelumnya, sebanyak Rp 3,3 miliar.
Jadwal dan Penggunaan Dana IPO
Dengan rentang Rp 200 hingga Rp 220 per lembar, saham kode BEER menargetkan nilai penawaran senilai Rp 160 miliar hingga Rp 176 miliar. Rencananya, dana IPO ini akan dipakai 5,26% untuk membeli tanah di Desa Jetis, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tanah seluas dua hektare ini akan digunakan untuk membangun fasiliatas produksi
Kemudian, sebanyak 6,11% akan dipakai untuk membangun fasilitas produksi, seperti pabrik, infrastruktur, gudang bahan baku dan gudang barang jadi. Ini belum termasuk pembelian mesin produksi. Sisa dana IPO ini akan dipakai untuk modal kerja perseroan untuk mendukung kegiatan usaha.
Berikut jadwal IPO sementara BEER:
- Masa penawaran awal: 16–22 Desember 2022
- Tanggal efektif : 28 Desember 2022
- Penawaran umum: 30 Desember–4 Januari 2023
- Tanggal penjatahan: 4 Januari 2023
- Distribusi saham: 5 Januari 2023
- Pencatatan di BEI: 6 Januari 2023