Profil Ati Pramudji Hastuti, Kadinkes Banten Berharta Rp 24,5 Miliar

Instagram @dinkes_provbanten
Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji Hastuti
23/5/2023, 15.23 WIB

Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji Hastuti tengah menarik perhatian pengguna media sosial Twitter terkait kekayaan bersihnya yang mencapai Rp 24,5 miliar. Angka ini mengerdilkan aset dari kepala dinas kesehatan di provinsi lain.

Pembahasan mengenai kekayaan bersih Ati berawal dari sebuah twit yang terbit pada Sabtu (20/5) dari akun dengan nama pengguna @bung_madin. Twit berjudul “KEKUATAN MAFIA KESEHATAN PROVINSI BANTEN” itu menunjukkan harta Ati kontras dengan layanan kesehatan yang buruk di provinsi tersebut.

Ia mengklaim Ati sebagai aparatur sipil negara yang paling kaya di provinsi itu. Hingga hari ini cuitan tersebut telah memperoleh 1,1 juta penayangan, lebih dari 4 ribu retweet dan kutipan, lebih dari 9 ribu suka, dan 327 penanda buku (bookmarks).

“Seandainya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak secepat tupai, Bung Madin yakin para ‘mafia’ kesehatan di Banten pun akan semakin sulit ditangkap,” tulis pengguna yang baru bergabung ke Twitter pada Maret 2023 itu.

Ilustrasi Banten. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.)

Kekayaan Kadinkes Banten

Kekayaan bersih Ati jauh lebih besar dari kepala dinas kesehatan di provinsi lain. Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana Wijayanto, yang sempat dipanggil KPK, memiliki kekayaan bersih Rp 2,7 miliar. Lalu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mencapai Rp 5,5 miliar.

Saat pertama kali melaporkan aset-asetnya pada 2017, Ati masih menjabat sebagai sekretaris dinas di Dinas Sosial Pemerintah Kota Tangerang.

Ati baru mulai memimpin Dinas Kesehatan Banten pada September 2019. Sebelumnya, ia sempat menjabat sebagai sekretaris dinas di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Pemerintah Kota Tangerang.

Pada 2013, Ati memperoleh jabatan tinggi pertamanya sebagai direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang. Pelantikan ini terjadi di ujung masa pemerintahan Wali Kota Tangerang saat itu Wahidin Halim.

Sejak pertama kali melaporkan aset-asetnya pada 2017, Ati telah membangun hartanya dengan pesat. Dalam lima tahun, kekayaan bersihnya tumbuh 58% ke Rp 24,5 miliar.

Kira-kira 74% dari kekayaan bersih tersebut terwujud dalam tanah dan bangunan. Di antara 12 tanah dan bangunan yang dilaporkan, Ati menguasai tanah dan bangunan di Tangerang Selatan dengan nilai Rp 3,5 miliar. Ia mengaku harta tidak bergerak ini sebagai hasil sendiri.

Ati menguasai tanah dan bangunan bukan hanya di kota-kota di Banten seperti Serang, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Perempuan kelahiran 1973 itu juga memiliki tanah dan bangunan di Jakarta Selatan, Bogor di Jawa Barat, Badung di Bali, dan Yogyakarta.

Di Badung, Ati memiliki bangunan dengan luas 60,4 meter persegi yang nilainya mencapai Rp 2,2 miliar. Ia mengaku bangunan ini diperoleh sebagai hibah.

Ilustrasi Banten. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/foc.)

Pendidikan Ati Pramudji Hastuti

Kira-kira 13% dari aset Ati tergolong sebagai “harta lainnya” dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Harta yang masuk ke dalam kategori ini antara lain adalah piutang, usaha atau kerja sama yang tidak berbadan hukum, hak kekayaan intelektual, dana pensiun atau tunjangan hari tua, dan asuransi dengan tambahan investasi atau unit link.

Aset Ati dalam kas dan setara kas mencapai Rp 1,6 miliar. Selain uang tunai, aset ini terdiri dari simpanan di lembaga keuangan yang bersifat cair atau likuid, berjangka pendek, dan dapat dijadikan kas secara cepat. Setara kas berarti meliputi deposito, giro, dan tabungan.

Ati juga memiliki dua mobil, yaitu mobil hatchback Honda Brio RS 2019 senilai Rp 150 juta dan mobil crossover Honda HR-V 2020 senilai Rp 280 juta. Ia mengaku keduanya diperoleh sebagai hasil sendiri.

Dari segi pendidikan, Ati telah menempuh pendidikan hingga strata-3 atau doktor. Pertama-tama ia memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Jakarta Barat. Kemudian ia memperoleh gelar magister di bidang manajemen rumah sakit dari Universitas Respati Indonesia di Jakarta Timur.

Terakhir, ia memperoleh gelar doktor di bidang administrasi publik dari Universitas Padjajaran di Jawa Barat.

Reporter: Dzulfiqar Fathur Rahman