Sejarah 22 Mei sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia

ANTARA FOTO/Maulana Surya/wsj.
Petugas memberi makan satwa burung kakak tua putih (Cacatua alba) di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, Minggu (22/5/2022). Tanggal 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Internasional atau Biodiversity yang disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terkait isu keanekaragaman hayati di bumi. ANTARAFOTO/Maulana Surya/wsj.
Penulis: Dini Pramita
22/5/2023, 13.19 WIB

Saban tahun, 22 Mei diperingati sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia. Peringatan ini dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk meningkatkan pengetahuan dan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di seluruh penjuru dunia.

Saat dicanangkan pertama kali pada 1993, PBB menetapkan hari keanekaragaman hayati jatuh pada 29 Desember, bertepatan dengan tanggal berlakunya Konvensi Keanekaragaman Hayati. Namun, banyak negara kesulitan untuk mengadakan perayaan yang layak untuk memperingati hari keanekaragaman di tanggal 29 Desember mengingat banyaknya hari momentum perayaan dan libur menjelang akhir tahun.

Dengan berbagai pertimbangan, pada Desember 2000, PBB menetapkan 22 Mei sebagai Hari Keanekaragaman Hayati Dunia. Salah satu pertimbangannya adalah pada 22 Mei saat itu bertepatan dengan diadopsinya kesepakatan Nairobi Final Act of the Conference for the Adoption of the Agreed Text of the Convention on Biological Diversity yang disusun pada 22 Mei 1992.

Perayaan 2023: Dari Kesepakatan Menuju Aksi

Di tahun 2023 ini, tema yang dipersiapkan adalah 'From Agreement to Action: Build Back Biodiversity' atau 'Dari Perjanjian Menjadi Aksi: Bangun Kembali Keanekaragaman Hayati'. Tema ini mempromosikan aksi untuk mendukung kerangka kebijakan mengenai keanekaragaman hayati global Kunming-Montreal.

Executive Secretary of the Secretariat of the Convention on Biological Diversity (CBD) David Cooper mengatakan perayaan global tahun ini membawa harapan baru yang dimulai dengan pengadopsian Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montrea di seluruh dunia.

Ia menegaskan urgensi aksi yang perlu dilakukan oleh pemerintah di seluruh dunia untuk membangun kembali penyelamatan keanekaragaman hayati. "Sekarang dunia memiliki Kerangka (kesepakatan) Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal, fokusnya harus segera beralih ke implementasinya (tindakan)," kata dia (22/5).

Untuk menyemarakkan perayaan Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, CBD membubuhkan tagar #BuildBackBiodiversity, #AgreementToAction dan #HarmonyWithNature dalam berbagai kampanye, terutama di media sosial. CBD juga mendorong negara-negara partisipan CBD untuk mendukung promosi serupa.

Kehilangan Keanekaragaman Hayati, Masalah bagi Umat Manusia

Dalam publikasi untuk memperingati 22 Mei, Sekretariat PBB menyebutkan sumber daya keanekaragaman hayati merupakan pilar peradaban manusia. Sebab itu, badan ini menyebutkan permasalahan dalam keanekaragaman hayati, merupakan masalah kemanusiaan.

Dalam publikasi itu disebutkan, ikan menyediakan 20% protein hewani untuk sekitar 3 miliar orang. Lebih dari 80% makanan manusia disediakan oleh tumbuhan. Sebanyak 80% orang yang tinggal di daerah pedesaan di negara berkembang mengandalkan obat tradisional berbasis tanaman untuk perawatan kesehatan dasar.

Karena itu, hilangnya keanekaragaman hayati mengancam semuanya, termasuk kesehatan umat manusia. "Telah terbukti bahwa hilangnya keanekaragaman hayati dapat memperluas zoonosis - penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia."