Siapa anak generasi milenial yang tak pernah mencicip bekal “andalan” ibu: Mi goreng padat berbentuk cetakan kotak bekal, plus nasi putih dingin. Meski tak memenuhi syarat gizi seimbang, bekal favorit itu punya rasa kenangan yang sungguh tercecap awet di lidah.

Belakangan bekal mi goreng-nasi putih kembali populer di media sosial berkat tantangan “seberapa kaku mi gorengmu?”

Pemenang challange ini adalah orang yang bekal mi gorengnya paling kaku dan mengikuti bentuk tempat ketika diangkat. Di negara kita, menurut World Instant Noodles Association mie goreng merupakan jenis mi paling populer, tentu dengan merek “Indomie” sebagai pemenangnya.

Indonesia juga menjadi negara dengan permintaan mi instan terbanyak kedua di dunia, setelah Cina dan Hong Kong yang sama-sama menempati urutan pertama dengan jumlah permintaan lebih dari 45 miliar porsi per tahun.

Konsumsi mi instan di Indonesia mencapai lebih dari 14 miliar porsi per tahun (2022), naik sekitar 7,5% dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2019, konsumsi mi instan di Indonesia sudah mencapai angka 12,5 miliar porsi, jumlah ini terus naik signifikan menjadi 12,6 miliar pada tahun 2020, dan 12,3 miliar di tahun 2021.

Lika-liku Bisnis Mi Instan di Indonesia

Seperti air mineral yang identik dengan “Aqua” atau pasta gigi apapun yang diasosiasikan dengan merek “Odol”, mi instan di Indonesia, adalah “Indomie”. Namun merek Indomie bukanlah pelopor mi instan di Indonesia.

Mi instan lahir di Jepang dari tangan Momofuku Ando pada tahun 1958, sekitar 10 tahun pasca Jepang kalah pada Perang Dunia II. Ide Ando menciptakan mi instan tercetus saat melihat antrean pekerja untuk mendapat semangkuk ramen hangat. Ia lalu menciptakan mi kering cepat saji dengan rasa chicken ramen sebagai solusi masalah tersebut.

Kini setelah lebih dari 6 dekade pasca Ando meracik mi instan pertama, masyarakat dunia telah mengonsumsi lebih dari 1000 miliar porsi mi instan setiap tahun.

Di Indonesia mi instan muncul berkat kerjasama perusahaan patungan antara Sjarif Adil Sagala dan Eka Widjaya Moeis dengan Sankyu Shokushin Kabushiki Kaisha (Jepang). Menurut majalah Informasi volume 14 Masalah 167-172 (1994), pada April 1968 mereka mendirikan PT Lima Satu Sankyu yang memproduksi Supermi.

Tepung serta bantuan teknis membuat Supermi datang dari Negeri Sakura. Pada 1977, perusahaan berganti nama menjadi PT Lima Satu Sankyu Indonesia.

Sementara kelahiran mi instan merk Indomie, akronim dari “Indonesia Mie” dibawa oleh aktor lain bernama Djajadi Djaja, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. Awal dekade 1970-an mereka membentuk Sanmaru Food Manufacturing, pabriknya beroperasi pada 1972 dan membuat mi instan bernama “Indomie”.

Kelahiran Sarimi Akuisisi Indomie dan Supermi

Di tengah-tengah persaingan antara Supermie dan Indomie, seorang pengusaha bernama Liem Sioe Liong ikut terjun meramaikan pasar mi instan di Indonesia. Pada akhir 1970-an ia mendirikan PT Sarimi Asli Jaya dengan produknya, Sarimi.

Kala itu Liem melihat ada kelangkaan beras di Indonesia yang akan disubtitusi dengan gandum oleh pemerintah. Lewat kampanye media, pabrik penggilingan beras mulai mendapat mandat mempromosikan terigu.

Liem kemudian menginvestasikan uangnya untuk membangun sarana produksi dari Jepang agar mi Sarimi dapat diproduksi sendiri dalam jumlah besar. Namun hanya beberapa tahun setelah Liem terjun ke industri mi instan, ancaman krisis beras mereda. Padahal ia telah memproduksi Sarimi dalam jumlah besar.

Liem tak hilang akal, ia lalu bernegosiasi dengan Djajadi Djaja untuk membuat kemitraan antara Sarimi dan Indomie. Singkat cerita mereka membuat perusahaan patungan bernama PT Indofood Interna pada 1984.

Djajadi dengan merek Indomie memiliki saham paling besar, yakni 57,5%, sementara Liem dengan merek Sarimi punya bagian 42,5%. Setelah berstatus Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada 1989, sebanyak 100% saham dimiliki PT Indofood International Corporation.

Hanya dalam tempo dua tahun, PT Indofood merambah akuisisi merek mie instan yang jadi pelopor mi instan di Indonesia, Supermi. Kini beragam merek mi produksi PT Indofood, terlebih Indomie merajai pasar tanah air bahkan mancanegara.

Indomie juga pernah dinobatkan sebagai mi instan terenak di dunia versi L.A Times. Tak cuma kita yang mengenang mi goreng produksi Indofood ini sebagai makanan favorit. Indomie menjadi mata uang di penjara Amerika yang bisa dipakai untuk membeli kaos, rokok, dan membayar jasa bersih-bersih.

Indomie juga menjelma makanan mewah bagi napi Australia yang berkelakuan baik. Di Nigeria Indomie dianggap sebagai produk buatan dalam negeri saking populer dikonsumsi di negara tersebut. Seperti jargon andalannya, Indomie memang seleraku.