Saham-saham sektor finansial, terutama yang bergerak di industri perbankan, pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (19/9) bertengger di zona merah. Saham-saham sektor finansial terkoreksi 0,36%, seiring penantian pasar akan pengumuman suku bunga acuan dari Bank Indonesia.
Saham-saham bank pelat merah kompak turun, dengan penurunan tajam pada saham BBNI sebesar 1,27% menjadi Rp 7.800 per saham dan BMRI sebesar 1,04% menjadi Rp 7.125 per saham. Sementara saham BBRI turun 0,71% menjadi Rp 4.210 per saham dan BBTN turun 0,44% menjadi Rp 2.260 per saham.
Saham bank sawasta juga tercatat terkoreksi pada sesi pertama ini. Saham BBCA turun 0,25% menjadi Rp 30.125 per saham, BNLI turun 0,94% menjadi Rp 1.060 per saham, dan BBKP turun 1,42% menjadi Rp 278 per saham.
Di sisi lain terdapat sejumlah saham bank swasta yang justru mencatatkan kenaikan. Saham BNGA naik 0,49% menjadi Rp 1.025 per saham saham, BDMN naik 0,64% jadi Rp 4.710 per saham. Saham PNBP bahkan melonjak 4,48% mejadi Rp 1.400 per saham dan MAYA melesat 3,70% menjadi Rp 7.000 per saham.
(Baca: Inflasi dan Rupiah Cenderung Stabil, BI Diprediksi Pangkas Suku Bunga)
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan, terkoreksinya saham-saham perbankan pada sesi pertama ini disebabkan oleh penantian pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate pada siang ini.
"Kemungkinan besar BI menurunkan suku bunga 25 basis poin (bps), sehingga menjadi sentimen positif pada sektor perbankan, otomotif, dan properti karena bunganya menjadi turun," kata Nico kepada Katadata.co.id, kamis (19/9).
Ia memperkirakan BI merespons sikap Bank Sentral AS, The Federal Reserve yang kembali menurunkan suku bunga acuan tadi malam atau Rabu (18/9) waktu setempat. The Fed memutuskan untuk memangkas bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps), sehingga Fed Fund Rate (FFR) berada pada level 1,75% hingga 2%.
(Baca: Harga Emas Dunia Turun Setelah The Fed Pangkas Suku Bunga)
Ini merupakan pemangkasan suku bunga untuk kedua kalinya di tahun ini. Sebelumnya The Fed memotong bunga acuannya pada Juli 2019 sebagai pemangkasan suku bunga yang pertama kali dalam satu dekade terakhir, juga sebesar 25 bps menjadi 2% sampai 2,25%.
Dilansir dari Reuters, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pemangkasan suku bunga dilakukan untuk memberikan jaminan terhadap ancaman risiko ekonomi global yakni melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan perang dagang yang berkepanjangan.
“Jika pertumbuhan ekonomi semakin melambat, maka pemangkasan suku bunga yang lebih ekstensif akan dibutuhkan,” kata Powell yang mengindikasikan adanya pemangkasan suku bunga lebih besar jika pertumbuhan ekonomi AS mengalami pelemahan lanjutan.