PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan kerugian bersih Rp 6,01 triliun pada triwulan pertama tahun ini. Padahal, perusahaan milik Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno ini masih bisa mengantongi laba Rp 1,12 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dalam laporan keuangan yang dirilis melalui keterbukaan informasi, perusahaan investasi tersebut merugi karena investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya anjlok. Pada tiga bulan pertama tahun ini, kerugian atas investasi mencapai Rp 5,9 triliun, sedangkan tahun lalu untung Rp 1,38 triliun.
Investasi Saratoga dalam bentuk saham di sektor infrastruktur, Sumber Daya Alam (SDA), dan produk konsumen turun. Di sektor infrastruktur, perusahaan merugi Rp 2,51 triliun, sementara tahun lalu untung Rp 512,65 miliar.
Lalu, pada sektor SDA pun tercatat mengalami kerugian Rp 3,06 triliun pada triwulan pertama ini. Padahal, tahun lalu untung Rp 509,81 miliar. Sedangkan di produk konsumen, Saratoga merugi Rp 483,21 miliar atau turun dibanding tahun lalu yang untung Rp 366,81 miliar.
(Baca: Tak Lagi Rugi, Perusahaan Sandiaga Uno Raup Laba Rp 7,3 T Tahun 2019)
Di sektor infrastruktur, Saratoga salah satunya berinvestasi pada saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Kepemilikannya tidak langsung, namun melalui PT Wahana Anugerah Sejahtera.
Kepemilikannya mencapai 29,19% atau setara Rp 5,99 triliun per akhir Maret 2020. Nilainya naik tipis dibanding akhir 2019, Saratoga memiliki saham TBIG 29,11% atau setara Rp 8,12 triliun. Maka, nilai investasi Saratoga di TBIG turun 26,2% sepanjang triwulan pertama.
Di sektor SDA, salah satu saham yang dimiliki oleh Saratoga yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan porsi kepemilikan langsung 3,74% atau setara Rp 1,18 triliun per akhir Maret 2020. Padahal per akhir tahun lalu, dengan porsi kepemilikan masih sama, nilai investasinya Rp 1,85 triliun. Artinya investasi di ADRO turun 36,3%.
Selain itu, Saratoga berinvestasi pada saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Per Maret 2020, perusahaan milik Sandiaga Uno ini mengempit 19,74% saham yang nilainya setara Rp 4,38 triliun.
Sedangkan akhir tahun lalu, dengan porsi kepemilikan yang masih sama, nilai investasinya setara Rp 4,62 triliun. Artinya nilai investasi di MDKA turun 5,1%.
(Baca: Sandiaga Uno Buka Peluang Tambah Kepemilikan Saham di Saratoga)
Di sektor produk konsumen, Saratoga juga berinvestasi secara langsung salah satunya pada saham PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dengan porsi 52,21% atau setara Rp 1,07 triliun per Maret 2020. Nilai investasinya turun 30,8% dibanding per akhir 2019 yang mencapai Rp 1,54 triliun, dengan porsi kepemilikan masih sama.
Anjloknya beberapa saham yang dimiliki oleh Saratoga, terutama pada perusahaan yang go public, sejalan dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang triwulan pertama 2020 ini, IHSG tercatat turun 28,29% ke level 4.538.
Selain itu, penghasilan Saratoga tertekan karena belum ada dividen yang dibagikan oleh perusahaan-perusahaan milik perusahaan. Padahal, pada tiga bulan awal tahun lalu, Saratoga sudah mengantongi dividen Rp 1,16 miliar.
Total aset Saratoga pada Maret 2020 pun turun dari Rp 26,65 triliun pada akhir tahun lalu menjadi Rp 20,93 triliun per Maret. Sedangkan jumlah liabilitas Rp 4,17 triliun per Maret 2020, naik dari Rp 3,88 triliun per akhir tahun lalu.
Mayoritas saham Saratoga per Maret 2020 dimiliki oleh PT Unitras Pertama dengan porsi 32,72%. Lalu, Edwin Soeryadjaya memiliki 31,84% saham dan Sandiaga Uno 21,51% saham Saratoga. Sisanya dipegang oleh publik.
(Baca: Saham Erick Thohir dan Sandiaga Uno Melesat Tunggu Pengumuman Kabinet)