PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan membagi dividen final kepada pemegang saham sebesar US$ 35,5 juta. Jumlah itu tercatat mencapai 90% dari laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang 2020 yakni sebesar US$ 39,5 juta.
ITMG royal membagi dividen meski perolehan cuan sepanjang 2020 mengalami penurunan signifikan hingga 69,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya mencapai US$ 129,42 juta.
Hal itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berlangsung pada Selasa (6/4).
Yulius Gozali, Direktur Komunikasi Korporat dan Hubungan investor Indo Tambangraya Megah menyampaikan dana sebesar US$ 22,8 juta atau setara Rp 307 per saham telah didistribusikan kepada pemegang saham sebagai dividen interim tunai pada 24 November 2020.
“Sisanya US$ 12,7 juta atau setara Rp 167 per saham berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada 26 Maret 2021 akan didistribusikan dalam bentuk dividen tunai kepada pemegang saham pada 29 April 2021 dengan recording date 16 April 2021,” ungkap Diana dalam keterangan tertulis diterbitkan perseroan, Selasa (6/4).
Sementara itu, sisa keuntungan bersih perseroan akan ditambahkan pada laba ditahan guna mendukung pengembangan operasi perseroan.
Dalam rapat umum tersebut, pemegang saham menyetujui laporan keuangan 2020 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) independen, serta mengesahkan laporan tahunan perseroan pada 2020, termasuk laporan keberlanjutan 2020.
Pemegang saham juga sepakat menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) independen baru untuk memeriksa laporan keuangan 2021 mendatang. Pemegang saham melimpahkan wewenang kepada dewan komisaris untuk menetapkan gaji dan tunjangan dewan direksi tahun buku 2021, serta paket remunerasi bagi anggota dewan komisaris.
Sepanjang 2020, Indo Tambangraya hanya mampu mengantongi pendapatan bersih senilai US$ 1,18 miliar atau setara Rp 16,59 triliun (kurs: Rp 14.000 per US$). Angka itu turun 30,9% dari pencapaian 2019 yang sebesar US$ 1,71 miliar.
Mayoritas pendapatan Indo Tambangraya berasal dari penjualan batu bara pada pihak ketiga, senilai US$ 1,07 miliar. Namun, sumber utama pendapatan perusahaan tersebut harus mengalami penurunan 29,08% secara tahunan.
Tingginya beban membuat penurunan laba kotor perusahaan cukup tinggi, hingga 39,04% menjadi US$ 199,15 juta tahun lalu. Akibatnya Indo Tambangraya hanya mampu mengantongi laba bersih senilai US$ 39,46 juta tahun lalu atau setara Rp 552,56 miliar. Laba bersih tersebut turun hingga 69,5% dibandingkan periode sama 2019 senilai US$ 129,42 juta.
Manajemen Indo Tambangraya mengatakan pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi permintaan global atas barang dan jasa. "Serta komoditas mineral dan supply chain," kata manajemen dalam laporan keuangan.
ITMG telah mengambil sejumlah langkah dalam menghadapi dampak Covid-19 terhadap kegiatan operasional. Namun, dampak jangka panjang pandemi hingga saat ini sulit untuk diprediksi.