Aktivitas Pasar Saham Turun, BEI Sebut Investor Tunggu Ekonomi Pulih

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
6/4/2021, 18.24 WIB

Memasuki April 2021, aktivitas di pasar saham cenderung turun dibandingkan dengan awal tahun ini. Hal itu terlihat dari penurunan nilai transaksi, volume, dan frekuensi saham yang diperdagangkan. Ada apa sebenarnya?

Berdasarkan data RTI Infokom, pada perdagangan 1 April 2021, total nilai transaksi di Bursa hanya mencapai Rp 9,6 triliun dengan frekuensi sebanyak 944 ribu kali. Meski begitu, volume saham yang diperdagangkan relatif masih tinggi yaitu sebanyak 21,5 miliar unit saham.

Perdagangan berikutnya, pada 5 April 2021, total nilai transaksi di Bursa tercatat hanya Rp 8,16 triliun dengan frekuensi sebanyak 946 ribu kali. Volume saham yang diperdagangkan pun hanya 15,56 miliar unit saham.

Sedangkan hari ini, 6 April 2021, total nilai transaksi di Bursa hanya Rp 9,35 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak 965 ribu kali. Volume perdagangan sepanjang hari ini mencapai 17,43 miliar unit saham.

Berdasarkan data bulanan Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata nilai transaksi harian sepanjang Januari 2021 mencapai Rp 20,51 triliun dengan rata-rata frekuensi perdagangan harian mencapai 1,58 juta kali. Lalu, rata-rata harian dari volume saham yang diperdagangkan mencapai 23,61 miliar unit saham.

Bulan berikutnya, Februari 2021, aktivitas mulai turun meski terbilang tinggi. Rata-rata nilai transaksi harian pada bulan itu mencapai Rp 15,59 triliun dengan rata-rata frekuensi harian mencapai 1,39 juta kali. Sedangkan rata-rata volume saham yang diperjual-belikan mencapai 18,52 miliar unit saham.

Sementara, untuk rata-rata nilai, frekuensi, dan volume transaksi harian sepanjang Maret 2021, Bursa Efek Indonesia belum merilisnya di website resminya.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W Widodo menjelaskan, investor menunggu hasil nyata dalam hal data-data perbaikan ekonomi. Selain itu emiten juga belum melaporkan laporan keuangan 2020 sehingga pasar masih wait and see.

Penurunan aktivitas di pasar saham baru-baru ini juga terjadi lantaran adanya wacana pembatasan mudik selama libur lebaran. "Tentunya juga berpengaruh terhadap sentimen investor terkait recovery ekonomi," kata Laksono kepada awak media, Selasa (6/4).

Laksono menambahkan, karena sikap investor yang wait and see, berpengaruh langsung pada penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada beberapa perdagangan terakhir. Dalam sebulan terakhir, indeks saham domestik turun 4,09% ke level 6.002.

Hal itu berbeda dengan aktivitas di bursa saham pada awal tahun ini yang melonjak tinggi. Fenomena itu terjadi karena adanya January Effect yang memang kerap terjadi. Euforia pada bulan itu juga terjadi karena program vaksinasi Covid-19 yang dicanangkan oleh pemerintah sejak 13 Januari 2021. 

"Adanya euforia program vaksinasi yang sedang berjalan ini yang akan mendongkrak perekonomian. Setelah itu euforia awal tahun menyusut," katanya.

Reporter: Ihya Ulum Aldin