PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) pada 2021 sebesar Rp 1,2 triliun atau sekitar 20% lebih tinggi dari anggaran capex tahun lalu Rp 999 miliar. Dana akan digunakan untuk penanaman kembali kelapa sawit dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan.
“Biasanya kami selalu replanting (menanam kembali) 2,5% dari total kebun yang ada. Belanja modal untuk itu, dan perawatan tanaman yang belum menghasilkan, juga perawatan pabrik dan infrastruktur lain,” ujar Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk. Santosa dalam paparan publik secara virtual, Rabu (14/4).
Berdasarkan laporan keuangan 2020, laba bersih perseroan melesat 294,6% ke level Rp 833,1 miliar sepanjang tahun lalu, padahal jumlah produksi minyak kelapa sawit (CPO) perseroan merosot pada tahun yang sama. Keuntungan entitas usaha Astra Group ini ternyata ditopang harga jual CPO yang tinggi di pasar internasional.
Berdasarkan paparan publik, perseroan membukukan laba bersih Rp 833,1 miliar sepanjang 2020 atau melesat 294,6% dari raihan tahun sebelumnya yang hanya Rp 211,1 miliar.
Tak kalah baik, laba operasional juga melonjak 91,8% dari semula Rp 960,3 miliar menjadi Rp 1,84 triliun. Keduanya ditopang oleh pendapatan bersih yang naik 7,8% dari Rp 17,45 triliun menjadi Rp 18,8 triliun.
Padahal, kinerja operasional perseroan merosot. Produksi tandan buah segar (TBS) misalnya, turun 7,7%, dari 5 juta ton pada 2019 menjadi 4,6 juta ton pada 2020. Produksi TBS eksternal bahkan menurun 18,1% dari 3,18 juta ton menjadi hanya 2,61 ton.
Produksi CPO juga lebih sedikit 13,6% dari semula 1,6 juta ton menjadi hanya 1,4 juta ton pada 2020. Senasib, produksi olein dan kernel masing-masing turun 6,9% dan 12,6%.
“Salah satu faktor yang mendukung kinerja keuangan kami adalah membaiknya harga CPO pada paruh kedua tahun 2020,” ujar Santosa.
Santosa mengungkapkan Pendapatan perseroan ditopang harga jual rata-rata CPO pada tahun lalu yang meningkat hingga US$ 715 per ton atau Rp 8.545 per Kilogram (Kg). Harga rata-rata tahun sebelumnya hanya US$ 566 per ton atau Rp 6.689 per Kg.
Selain faktor harga CPO yang meningkat, Santosa mengaku perseroan juga berupaya melakukan efisiensi biaya operasional agar laba perseroan meningkat signifikan.
Direktur Astra Agro Mario Casimirus menambahkan pihaknya sudah menjalankan program digitalisasi untuk memastikan kinerja operasional perseroan berjalan secara efektif.
“Pandemi yang umumnya banyak mengganggu bisnis, berdampak kecil bagi perseroan,” katanya.
Oleh karena itu, ke depan perseroan akan terus melanjutkan program digitalisasi di berbagai lini serta mengembangkan inovasi teknologi untuk menghadapi tantangan masa depan.