Tahun 2022 hampir berakhir dengan berbagai sentimen global yang menggerakkan pasar keuangan. Namun, berbeda dengan kondisi tahun ini, masih ada peluang investasi menarik di reksa dana pada tahun 2023. Meski demikian, investor tetap harus punya strategi agar investasinya bisa memberikan imbal hasil yang optimal.
Analis Bareksa menuturkan, di tahun depan investor perlu memperhatikan dua hal, yakni potensi perlambatan ekonomi global dan potensi berakhirnya pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan tingkat suku di negara maju seperti AS dan Eropa diproyeksikan mendorong perlambatan ekonomi.
Di sisi lain, jika inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar akan jadi sentimen positif untuk aset yang lebih berisiko.Hingga semester satu 2023 menurut konsensus pasar, tingkat suku bunga AS masih akan naik sampai ke level 5%-5,25% dari saat ini 3,75%-4%. Risiko geopolitik seperti efek perang Rusia-Ukraina dan efek lockdown Tiongkok juga diperkirakan berlanjut untuk periode yang sama.
Pada kuartal tiga 2023 investor melihat inflasi yang lebih rendah dan stabil sehingga muncul harapan terjadinya pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Di sisi lain, investor asing terlihat mulai melakukan aksi beli di SBN. Selama bulan November 2022 ada capital inflow sekitar Rp 23,2 triliun dan kepemilikan asing di SBN juga meningkat menjadi 14,26% dibandingkan akhir Oktober sebesar 13,9%.
Lalu untuk strategi di 2023, analis Bareksa menyarankan, untuk semester satu, para investor dapat berinvestasi pada reksa dana saham dan reksa dana indeks berbasis saham kapitalisasi besar. Alokasinya dengan porsi yang seimbang antara reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi maupun SBN.
Rekomendasi ini, mengacu pada potensi pembalikan arah di pasar SBN, lantaran masuknya investor asing sejak November 2022. Oleh karena itu, investor perlu memiliki porsi di reksa dana pendapatan tetap berbasis SBN.
“Namun, investor disarankan untuk tetap cermati mempertimbangkan yield obligasi yang atraktif, yakni jika kembali menyentuh di atas level 7,3%,” tulis Analis Bareksa dikutip Selasa (20/12).
Memasuki semester dua, jika risiko dan inflasi global semakin menurun, investor dapat kembali berinvestasi pada reksa dana berbasis saham sektor properti dan infrastruktur. Apalagi sektor-sektor itu, saat ini masih tertinggal karena tertekan kenaikan suku bunga.
Berikut daftar reksa dana saham dan reksa dana indeks serta reksa dana pendapatan tetap yang dapat dipertimbangkan untuk investasi di semester I-2023. Selain itu, reksa dana pasar uang bisa digunakan sebagai diversifikasi untuk semua profil risiko.
Top 5 reksa dana untuk rekomendasi investasi reksa dana di tahun 2023
Reksa Dana Saham & Indeks | YtD | 1 Tahun |
Avrist Ada Saham Blue Safir | 14,08% | 14,16% |
Bahana Primavera Plus 1 | 3,15% | 12,69% |
Sucorinvest Equity Fund | 14,51% | 16,46% |
BNP Paribas Sri Kehati | 19,87% | 19,45% |
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | 8,67% | 9,27% |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 1 Tahun | 3 Tahun |
TRIM Dana Tetap 2 | 4,03% | 16,38% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 7,43% | 29,88% |
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund | 6,59% | |
Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A | 0,84% | 17,77% |
Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A | 0,56% | 17,69% |
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
Capital Money Market Fund | 4,44% | 16,68% |
Syailendra Dana Kas | 3,75% | 14,66% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4,05% | 16,47% |
TRIM Kas 2 | 3,55% | 12,94% |
Setiabudi Dana Pasar Uang | 3,32% | 14,39% |