Emiten teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), mencatatkan kerugian bersih yang belum diaudit senilai Rp 40,5 triliun untuk periode tahun buku 2022. Kerugian ini meningkat hampir 2 kali lipat dari setahun sebelumnya senilai Rp 21,49 triliun. Apa yang menjadi penyebabnya?
Sepanjang tahun 2022, perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia ini membukukan pendapatan transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) yang naik 33% menjadi Rp 613 triliun dan pendapatan bruto meningkat 35% menjadi Rp 23 triliun.
Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo menjelaskan, GOTO terus mencatatkan pertumbuhan kendati menghadapi ketidakpastian makroekonomi. Hal ini, seiring dengan pengelolaan beban secara menyeluruh melalui pelaksanaan efisiensi struktural di seluruh bagian organisasi.
“Tujuan kami mendorong penghematan beban usaha yang telah mendukung tercapainya perbaikan indikator profitabilitas lebih cepat dari perkiraan," kata Jacky, dalam keterangan resminya, Senin (20/3).
"Perseroan meyakini bahwa kami akan mencapai arus kas operasional positif, seiring dengan percepatan langkah menuju target profitabilitas di tahun ini."
Bila dilihat lebih dalam, sebagian besar rugi tersebut tidak terkait dengan operasional perusahaan, melainkan hanya pencatatan akuntansi. Salah satunya disebabkan kerugian penurunan nilai goodwill senilai Rp 10,9 triliun.
Nilai goodwill yang dimiliki GOTO merupakan valuasi yang timbul dari merger Gojek dan Tokopedia pada 2021 lalu. Hasil dari merger tersebut menghasilkan selisih antara nilai wajar dan nilai pasar.
Sekitar dua tahun lalu, valuasi saham teknologi meningkat signifikan. Kini, setelah suku bunga acuan naik tinggi, valuasi saham teknologi tidak lagi sama dan perlu dilakukan revaluasi dalam bentuk goodwill impairment test.
CEO SW Indonesia, Michell Suharli mengungkapkan, pengujian penurunan nilai goodwill ini harus dilakukan setiap tahun. Jika hasil pengujian menunjukkan terjadi penurunan nilai goodwill, maka perusahaan harus mengakui kerugian penurunan nilai (impairment loss) goodwill dan diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi tahun berjalan.
"Perusahaan membukukan rugi penurunan nilai goodwill karena kondisi pasar yang memburuk, padahal mungkin saja pada saat bersamaan, bisnis tumbuh," ujar Suharli, melalui keterangan tertulis, Senin (20/3).
Berikutnya, kerugian GOTO juga disumbang oleh tutupnya usaha e-commerce JD.ID di Indonesia dan unrealized loss di emiten PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Sebagai salah satu investor JD.ID, GOTO mencatatkan penurunan nilai atau kerugian dalam laporan keuangannya.
Ketiga, kenaikan beban atas perampingan organisasi yang dilakukan pada akhir 2022 lalu. Dengan melakukan pemutusan hubungan kerja sebanyak 1.300 karyawan, terjadi peningkatan beban di GOTO untuk memberikan pesangon dan fasilitas kepada karyawan tersebut.
Biaya untuk PHK ini tergolong one-off cost alias tidak berulang. Di tahun ini, biaya untuk karyawan akan jauh terpangkas karena jumlah karyawan berkurang. Bila ketiga komponen ini dikeluarkan dari laba rugi GOTO, maka rugi bersih GOTO berada di kisaran Rp 26 triliun - Rp27 triliun.
“Kami meyakini bahwa breakeven EBITDA bisa tercapai lebih cepat setelah GOTO mengambil sejumlah aksi, seperti penurunan variable cost melalui pengurangan promosi dan insentif bagi pelanggan. Penurunan fixed cost bersamaan dengan peningkatan take rate,” tulis riset Ciptadana Sekuritas.