Ketika Duit Lo Kheng Hong Masih Banyak Namun Sahamnya Terbatas

Youtube KSPM FEB UI
Founder of HungryStock Community Lukas Setia Atmadja (kiri) dan Lo Kheng Hong (kanan) dalam Investalk KSPM FEB UI 2023 “Navigating Your Future Wealth: Essential Roadmap for Young Investor”, Selasa (15/5).
Penulis: Lona Olavia
17/5/2023, 13.04 WIB

Investor kawakan Lo Kheng Hong mengaku dirinya terpaksa melakukan diversifikasi saham. Padahal dirinya bukanlah tipe investor yang banyak melakukan diversifikasi portofolio saham.

Hal itu dilakukan karena menurut Lo Kheng Hong uangnya masih banyak, namun harga saham yang akan dibelinya di emiten portofolionya sudah naik tinggi.

“Maunya tidak diversifikasi, masalahnya sahamnya habis duitnya masih banyak. Jadi harus beli yang lain,” katanya dalam Investalk KSPM FEB UI 2023 “Navigating Your Future Wealth: Essential Roadmap for Young Investor” dikutip Rabu (17/5).

Sebagai contoh, di PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), ia tercatat sebagai pemegang dari 12 juta saham atau terbesar ke-20 di saham tersebut. Kala itu Lo Kheng Hong membelinya di harga Rp 1.000 sebanyak 12 juta lembar saham.

Lalu ketika ia memiliki uang lebih dan ingin membeli saham tersebut lagi, namun harga sahamnya sudah naik cukup tinggi sehingga ia mengerem pembelian. “Jadi stay disitu hanya punya 12 juta saham,” katanya.

Contoh lainnya berlaku di emiten portofolio PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP). Di NISP, Lo Kheng Hong memiliki 120 juta saham di harga Rp 630-700 per lembarnya. Saat ingin membelinya, namun harganya lagi-lagi sudah naik tinggi.

“Jadi ketinggalan karena sudah naik harganya. Saya mau habisin uang saya tidak habis, uangnya banyak kan sekarang. Barang yang tersedia tidak banyak,” kata Lo Kheng Hong.

Investor yang sering disebut Warren Buffet asal Indonesia itu untuk saat ini tercatat memiliki portofolio emiten di berbagai sektor. Misalnya saja dari perkebunan, pertambangan, properti, media, ban dan perbankan.

Emitennya tersebut antara lain PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL), PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS), PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP), dan PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN).