Empat perusahaan akan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (10/7) pagi ini. Empat calon emiten tersebut yakni PT Carsurin Tbk, PT Graha Prima Mentari Tbk, PT Platium Wahab Nusantara Tbk dan PT Widiant Jaya Krenindo Tbk.
Keempatnya akan menjadi perusahaan tercatat ke-46, 47, 48 dan 49 di BEI pada tahun 2023 melalui mekanisme penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham.
PT Carsurin Tbk, perusahaan inspeksi, pengujian, sertifikasi dan verifikasi mematok harga saham senilai Rp 125. Harga tersebut merupakan batas atas dari harga penawaran awalnya di kisaran Rp 120-125 per saham.
Calon emiten dengan kode CRSN ini akan menerbitkan maksimal 600 juta saham atau 20,75% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Sehingga jumlah dana yang akan diraih Carsurin dalam aksi korporasi ini adalah Rp 75 miliar.
Perseroan juga mengadakan Program Alokasi Saham Pegawai (ESA) dengan jumlah sebanyak 2,10% dari saham yang ditawarkan dalam penawaran umum atau sebesar 12,6 juta saham.
Adapun dana yang diperoleh dari hasil IPO ini setelah dikurangi biaya emisi efek akan digunakan sekitar 97,92% untuk belanja barang dan sisanya 2,08% untuk modal kerja.
Setelah IPO ini mulai tahun buku 2023 dan seterusnya, manajemen perseroan bermaksud membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham perseroan dalam jumlah sebanyak-banyaknya 50% atas laba bersih tahun berjalan perseroan.
CRSN menunjuk NH Korindo Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek dalam IPO ini.
Sementara itu, distributor Coca-Cola, PT Graha Prima Mentari Tbk menetapkan harga IPO saham Rp 120 per lembar. Harga ini merupakan batas bawah dari yang harga penawaran awal yang ditawarkan di Rp 120-130 per saham.
Calon emiten dengan kode GRPM ini akan menawarkan 309 juta saham dengan nilai nominal Rp 25 setiap saham. Jumlah ini sekitar 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian dari aksi korporasi ini, perusahaan akan mengantongi dana sebesar Rp 37,08 miliar.
Adapun seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek akan digunakan oleh GRPM sebagai modal kerja. Yakni untuk penambahan persediaan di delapan area distribusi baru yaitu di Sumatera dan Jawa. Serta penambahan persediaan di tujuh area distribusi yang sudah ada yaitu Cirebon, Indramayu, Tasikmalaya, Rembang, Pekanbaru, Medan Sunggal, dan Medan Deli.
GRPM juga secara bersamaan menerbitkan sebanyak 154,5 juta waran seri I secara cuma-cuma bagi pemegang saham baru. Setiap pemegang 2 saham baru berhak mendapat 1 waran seri I di mana setiap waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru. Harga pelaksanaannya Rp 250. Total dana dari Waran Seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 38,62 miliar.
Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan Waran Seri I, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja perseroan seperti pembelian persediaan dan biaya operasional.
Sementara itu tertuang dalam prospektus bahwa perseroan berencana membagikan dividen tunai sebanyak-banyaknya 50% dari perolehan laba bersih tahun berjalan.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah NH Korindo Sekuritas Indonesia.
Kemudian pengelola bisnis warabala minuman Teguk, PT Platinum Wahab Nusantara Tbk menetapkan harga IPO saham Rp 110 per lembar. Awalnya calon emiten dengan kode TGUK ini menawarkan saham perdananya dengan kisaran harga antara Rp 105-112 per saham.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau setara 1,07 miliar saham dengan nilai nominal Rp 16 per lembar. Dana yang bisa diraih perseroan sebanyak-banyaknya Rp 117,8 miliar dari IPO.
Selain menerbitkan saham baru, TGUK juga menawarkan waran seri I sebanyak 428,57 juta atau sebanyak 17,14% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Waran seri I ini memiliki rasio 5:1 terhadap saham TGUK. Harga pelaksanaan waran seri I ini yaitu Rp 152 per waran. Maka TGUK berpotensi meraup dana dari waran yaitu Rp 65,14 miliar.
Manajemen menjelaskan bahwa dari hajatan IPO ini, TGUK akan menggunakan 60% hasil IPO untuk belanja modal atau capital expenditure dalam hal pengembangan dan penambahan gerai. Sedangkan 40% lainnya akan digunakan untuk modal kerja.
Sedangkan dana yang diperoleh dari hasil pelaksanaan waran seri I seluruhnya akan digunakan oleh perseroan sebagai modal kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional TGUK.
TGUK menunjuk Semesta Indovest Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
Terakhir PT Widiant Jaya Krenindo Tbk menggelar IPO di harga Rp 100. Semula saham ini ditawarkan dengan rentang harga antara Rp 100 sampai Rp 115 per lembar.
Calon emiten yang bergerak di bidang penyewaan alat berat ini melepas 400 juta saham atau 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 5. Sehingga perseroan yang akan memakai kode saham WIDI ini bakal meraih dana Rp 40 miliar.
Secara bersamaan, WIDI juga menerbitkan 420 juta waran seri I secara cuma-cuma bagi pemegang saham baru. Setiap pemegang 20 saham baru berhak mendapat 21 waran seri I. Di mana setiap waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru di harga pelaksanaan Rp 120. Total dana dari pelaksanaan waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 50,4 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO ini yakni sekitar 58,36% atau sekitar Rp 22,2 miliar akan digunakan untuk pembelian alat berat. Sisanya akan dipergunakan yaitu untuk pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, antara lain namun tidak terbatas untuk pembayaran gaji karyawan, tunjangan karyawan, serta untuk modal kerja.
Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan waran seri I akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja perseroan.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek adalah Artha Sekuritas Indonesia.