Transmart Tutup Gerai, Laju Saham Emiten Ritel Masih Lesu

Lotte Mart Indonesia / Youtube
Ilustrasi. Lotte Mart Indonesia akan tutup gerai di Ratu Plaza pada 1 Juni mendatang. Penutupan ini dikarenakan habisnya periode kontrak sewa. Kinerja saham emiten ritel masih lesu sejak awal tahun ini.
Penulis: Syahrizal Sidik
24/7/2023, 14.55 WIB

Penutupan sejumlah gerai milik Transmart yang kembali ramai diperbincangkan menjadi sinyal masih beratnya kinerja perusahaan ritel di tengah peralihan perilaku konsumen yang lebih senang berbelanja secara daring usai pandemi Covid. 

Sejak tahun 2022, Transmart, perusahaan ritel milik CT Corp sudah menutup sebanyak 7 gerainya yang ada di Jakarta dan Batam. Ini seolah mengulang kisah lama perusahaan ritel Giant yang lebih dulu menutup seluruh gerainya secara permanen sejak 1 Agustus 2021. 

Lantas, sejauh ini bagaimana kinerja saham emiten peritel besar di BEI?

Saham PT Hero Supermarket Tbk (HERO) misalnya, sejak awal tahun  ini masih terkontraksi 13,33% di level Rp 1.300 setiap saham. Perusahaan masih meraup keuntungan Rp 151,54 miliar di kuartal pertama.

Kemudian, perusahaan ritel yang terafiliasi dengan Grup Djarum, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), sahamnya sejak awal tahun ini tertekan 18,40% ke level Rp 665 per saham. Pengelola Ranch Market ini malah masih mencatatkan kerugian Rp 15,84 miliar di tiga bulan pertama tahun ini. 

Emiten ritel pengelola Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), sejak awal tahun sahamnya jatuh 30,47% ke level Rp 89 per saham. MPPA tercatat masih rugi Rp 99,99 miliar di kuartal pertama 2023. 

Dalam tinjauannya terkait kinerja ritel besar yang masih tertekan, Ajaib Grup pernah menyoroti, industri ritel sangat terdampak dari pandemi Corona. Tak mengherankan banyak peritel yang gulung tikar. 

Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo juga menyebut, agar peritel besar modern bisa bertahan, mereka harus mencari inovasi dan menyesuaikan format layanannya. 

Sejumlah aspek yang menurut Yongky saat ini dicari konsumen pada peritel besar adalah di aspek kenyamanan, pengalaman dan kecepatan. "Peritel juga harus meninggalkan budaya perang harga dan melakukan transformasi layanan," tulis Ajaib, dikutip Senin (24/7).

Prospek Emiten Ritel di Semester Kedua 

Di tengah situasi berat yang dihadapi emiten sektor ritel, ada optimisme sektor ini bisa kembali bangkit di paruh kedua tahun ini. 

Merujuk kepada publikasi Bank Indonesia terkait kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan mengalami kenaikan pada Juni. Pasalnya, Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2023 sebesar 223,2, atau tumbuh positif 8,0% secara tahunan, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 4,5% (yoy). 

Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya pertumbuhan kelompok makanan, minuman, tembakau dan bahan bakar kendaraan bermotor yang pada bulan sebelumnya berada dalam fase kontraksi, serta subkelompok sandang yang melanjutkan tren pertumbuhan. 

Di sisi lain, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Mino berpendapat, saat ini beberapa katalis positif yang menjadi perhatian pasar ialah sentimen suku bunga acuan, penurunan angka inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar rupiah diprediksi akan membuat Bank Indonesia akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada RDG Juli. Hal ini juga diproyeksikan akan berimbas positif ke emiten sektor ritel. 

Dalam rekomendasinya, IPOT memasukan dua saham di sektor ritel untuk dibeli (buy) yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) di rentang Rp 1.660 sebagai support alias level batas bawah dan Rp 1.860 sebagai resistance atau batas atas. Kemudian, saham PT Ramayana Lestari Santosa Tbk (RALS) di rentang batas bawah Rp 570 dan Rp 600 sebagai batas atas.