Konflik Israel-Palestina akan berdampak pada fluktuasi harga minyak dunia karena ada kekhawatiran jika konflik ini meluas, pasokan minyak global akan terganggu. Kenaikan harga minyak akan berpengaruh kepada kenaikan inflasi yang saat ini menjadi perhatian investor di pasar keuangan.
Martha Christina, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menyebut pengaruh konflik Israel-Palestina terhadap harga minyak relatif terbatas selama konflik tersebut tidak meluas ke negara-negara tetangga. Menurut Martha, yang diinginkan dan diupayakan oleh banyak pihak adalah mencapai perdamaian. Oleh sebab itu, upaya untuk meredam dan konflik Israel-Palestina sangat penting agar tidak mengakibatkan kenaikan harga minyak atau meluasnya konflik ke negara-negara produsen minyak.
“Jadi berusaha bahwa konflik ini akan berusaha diredam, didamaikan sehingga tidak menyebabkan penaikan harga minyak atau misalnya meluas ke negara-negara produksi minyak,” ujar Martha dalam acara bertajuk "The Beauty of Index Investing: Index Fund and Capital Market Insights" di Jakarta, pada Selasa (17/10).
Saat ini, banyak negara di seluruh dunia sedang berjuang melawan inflasi, salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga energi. Oleh karena itu, sebisa mungkin dunia meredam konflik tersebut demi menjaga stabilitas harga energi dan mencegah dampak negatif pada ekonomi global.
“Banyak sekali negara di dunia ini sedang berperang dengan inflasi dan inflasi salah satu penyebabnya adalah harga energi,” kata Martha.
Konflik Israel-Palestina Meningkatkan Risiko Global
Sementara itu, Trader profesional Hans Kwee menilai, perang Israel dan Palestina memunculkan peningkatan risiko global. Saat risiko meningkat, investor cenderung mencari tempat yang lebih aman untuk menginvestasikan dana mereka, misalnya pada instrumen-instrumen yang disebut sebagai safe haven (aset yang aman) di saat krisis. Contohnya, mata uang dolar AS atau emas.
Meskipun beberapa ahli berpendapat bahwa perang tidak memiliki dampak langsung pada harga minyak. Namun, menurut Hans, ada faktor-faktor lain yang perlu diperhitungkan. Contohnya, Amerika Serikat sedang berusaha memperbaiki hubungan antara Arab Saudi dan Israel. Jika hubungan Arab Saudi dan Israel membaik, produksi minyak dapat meningkat sehingga harga minyak turun.
Namun, ia khawatir konflik geopolitik yang kini terjadi dapat memengaruhi pasokan minyak. Hal tersebut dapat mengakibatkan harga minyak dunia tetap tinggi sehingga memiliki dampak negatif pada negara-negara importir minyak, termasuk Indonesia. Indonesia terkena dampak dari dua sisi, yakni dari harga minyak yang tinggi dan penguatan dolar AS.
“Kalau minyak yang agak tinggi, ini negatif bagi negara net importer minyak. Yang paling terpukul itu India kemudian Indonesia karena kita net importer minyak juga. Kemudian, yang biasanya yang terjadi di kita pelemahan nilai tukar,” ujar Hans di Gedung BEI, Selasa (10/10).
Dengan pelemahan rupiah, berarti Indonesia akan membutuhkan biaya yang lebih besar untuk membeli minyak yang diimpor dari negara lain. Kondisi inilah yang bisa menekan perekonomian Indonesia.